1 minggu"Bagus, lo emang harus cuek. Lo harus balas dendam. Kali-kali lo emang harus kasih pelajaran itu cowok. Biar dia tau gimana rasanya di cuekin."
Bella hanya menunduk, pikirannya masih gelisah juga bimbang. Sudah 1 minggu dia jaga jarak dengan Angga. Sudah 1 minggu juga dia menahan cemburu di saat Delia terus menempel padanya. Seperti sengaja memanas-manasinya. Tapi, Bella senang karena pandangan Angga selalu tertuju padanya. Walau bersama Delia Angga tetap memperhatikan Bella.
"Tapi, gue gak kelewatan kan?"
"Ck, lebih kelewatan mana sama Angga di masa lalu? Dia bahkan lebih kejam, ini waktu tepat di mana lo bisa balas dendam," ucap Dela memegang bahu Bella.
Bella hanya diam. Mereka tengah berada di rumah pohon. Sekarang, mereka jadi lebih Sering mengunjungi tempat ini. Dulu mana bisa, mereka sibuk mengerjakan tugas kampus.
"Udah Sore, lo gak mau balik?" tanya Dela.
Bella mengangguk. "Mau, Mamah sendiri di rumah. Badannya tambah demam. Gak tega keluar lama-lama," jelas Bella.
"Bell, lo... Gak curiga tentang berita-berita viral di grup Kampus. Selalu aja ada yang post tentang lo. Dan berita viral hubungan lo juga. Gue curiga, kalo Dina pelakunya. Soalnya, foto propilnya cewek tapi kartun gitu."
"Jangan suudzon gak baik."
Dela memegang erat kedua pipi chubby Bella. "Dia kan gak suka sama lo, ya pantes dong buat dicurigai."
Bella melepaskan tangan Dela. "Kan gak ada bukti. Lagian udah lama juga beritanya, sekarang kan keadaannya udah membaik. Gak usah bahas masa lalu."
"Udah sore, yu balik. Emang Tante Rena gak nyariin lo?"
"Iya, Mamah tadi nyariin gue. Yu."
🌑🌑🌑
Angga duduk sendiri di balkon Kamarnya. Menatap lurus ke arah langit yang hampir akan berubah orange. Dia menatap sekilas layar ponselnya, masih sama gadis-nya belum memberi kabar atau menelpone apapun. Ini salahnya. Jika dia tidak lemah maka keadaan tidak akan serumit ini. Keadaan akan baik-baik saja. Tapi, disisi lain, Angga tak mau ada orang yang tersakiti. Ia mau semua orang yang dia sayangi hidup aman dan damai.
"Ekhem...."
Angga menoleh. Ada Adi di sana, di dekat pintu dan tengah berjalan ke arahnya.
"Kamu, tidak ingin menolak acara ini?" tanya Adi yang sudah mulai duduk di samping Angga.
"Enggak lah Pah. Cuman makan malem biasa kan?"
"Iya. Maaf, karena perusahaan Papah yang bangkrut kamu harus menanggung semuanya. Kita tidak bisa menolak keinginan mereka, rumah ini harta kita satu-satunya. Kenangan indah bersama Mama mu."
"Iya Pah. Angga paham, ini salah Angga juga. Karena sebagai pewaris, angga gak bisa kelola perusahaan dengan baik."
"Kamu sudah mencintai wanita lain?" tanya Adi memegang pelan bahu Angga.
Angga hanya mengangguk lalu menunduk. "Angga brengsek ya pa. Angga nyakitin dia dengan cara gini. Angga gak mau kehilangan dia, angga cegah dia pergi."
"Dengar kata hatimu, keputusan ada dalam diri kamu. Papah akan berusaha mencari cara, agar kita tetap bisa menempati rumah ini."
Egois? Ingin tetap memiliki, namun selalu menyakiti.
.•~•
"Bella ambil minum dulu ya Mah," ucap Bella tersenyum manis ke arah Tina.

KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Teen FictionTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...