Pk-40

2.6K 148 22
                                    

Aneh , perasaan ini kembali muncul__Angga

•~•







🌕️🌕️🌕️


Bella menyeka kasar air matanya, dia melambaikan tangan untuk memberhentikkan sebuah taxi.

"Mamah pulang duluan ya, Bella ada urusan sebentar," ucap Bella tersenyum gentir sambil mengelus pipi Tina.

"Kamu mau kemana? Mau masuk lagi ke dalam? Kalo begitu Mamah akan ikut, Mamah gak mau kamu kenapa-napa."

Bella menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Mamah pulang aja, Bella akan baik-baik aja kok."

Tina memeluk erat tubuh putrinya. "Hati-hati sayang, dan... maaf untuk malam ini, Mamah tidak bisa memberi kebahagian di malam ini." Air mata Tina kembali turun membasahi pipinya.

"Gak kok Mah, I'm fine it's okay."

Tina mengangguk, dia mengecup sekilas kening putrinya. Kemudian dia masuk ke dalam taxi dan berlalu pergi meninggalkan Bella sendiri.

Masuk lagi ke dalam restoran? Tidak akan pernah. Bella justru berjalan cepat menyusuri jalanan Kota Jakarta, dengan menangis terisak merenungi nasibnya sekarang ini.

"Jahat! Kenapa Papah lakuin ini sama Bella Pah... Bella salah apa?" lirih Bella pelan.

Bella berjalan cepat kembali, Bella menyeka setiap air mata yang jatuh ke atas permukaan wajahnya. Sangat cengeng? Memang iya, Bella sangat rapuh, Bella berpikir bahwa dirinya ini sangatlah lemah, apalagi jika menyangkut soal keluarganya. Bella akan benar-benar rapuh serapuh-rapuhnya.

•~•

"Kasian ya Bella," lirih Delia dengan raut wajah sedih.

"Pah, Angga ke toilet bentar," pamit Angga sambil melepas pelan genggaman tangan Delia.

"Jangan lama-lama," ucap Delia tersenyum manis.

Angga tidak menjawab, dia berjalan cepat ke arah belakang restoran. Tempat di mana dia memarkirkan mobil merah miliknya. Angga masuk ke dalam mobil dengan rasa gelisah dan juga cemas. Benar, Angga barusan berbohong pada Adi dan juga Delia. Angga tidak mau jika sampai mereka mengetahui sikap Angga ini. Entah, entah itu rasa malu atau pun yang lainnya.

***
Deni menyantap makanan yang berada di hadapannya, rasa hambar sangat terasa di dalam mulutnya. Bagaimana tidak, dia sangat tidak berselera makan saat ini. Kejadian beberapa menit yang lalu sungguh mengusik pikirannya. Putrinya itu terlihat sangat terpukul, sangat terlihat rapuh. Deni... menyesal.

"Mas," panggil Nisa dengan nada lumayan tinggi.

"Kenapa?" tanya Deni terkejut.

"Kamu gak lupa dengan janji kamu waktu lalu kan? Rencana pernikahan kita itu loh," ucap Nisa tersenyum lembut ke arah Deni.

"Makasih ya Om, Om udah maafin saya waktu itu," ucap Kevin angkat bicara.

Deni menatap tajam ke arah Kevin, lalu sedetik kemudian dia merubah tatapan itu menjadi tatapan sendu. "Sama-sama Kevin, kamu tidak lupa dengan janji kamu sama saya kan? Jangan sakitin anak saya, Bella."

"Tenang Om, saya masih ingat kok, yang tadi itu cuman kelepasan aja, emosi gara-gara si cewek mur--eh maksudnya si Bella hina ibu saya."

"Panggil Papah aja sayang, bentar lagi kan Om Deni bakal jadi calon Papah kamu yang baru," ucap Nisa mengelus rambut putranya.

Preman Kampus {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang