Bella berjalan santai menyusuri jalanan. Lampu-lampu taman yang indah, menjadi teman Bella di malam ini. Bella sedikit bingung, bagaimana cara supaya dia bisa pulang? Sedangkan kendaraan umum saja tidak ada yang lewat dari tadi.
Tin....Tin....
Bella terkejut, suara clakson motor sangat terngiang di telinganya. Bella menengok ke arah pengendara.
"Bella, kok pulang sendirian? Ini udah malam lo Bella." Reno menghentikkan motornya. Turun dari motor dan segera berjalan menghampiri Bella.
Bella pikir itu Angga, ternyata Reno. Bella mengharapkan Angga, namun kenapa jadi Reno yang datang. Takdir memang menyakitkan dan tidak bisa di tebak.
"R-reno? Kok lo di sini? Ngapain?"
"Gue barusan udah beli nasi goreng di seberang komplek. Terus lo sendiri ngapain di sini malam-malam?"
Ya memang, di tangan Reno tergantung kantung plastik berwarna hitam, mungkin isinya adalah nasi goreng.
Bella menggaruk kepalanya, tidak mungkin kan jika dia mengatakan hal yang sebenarnya kepada Reno. "Mmm... gue--"
Tin....Tin....
Mobil merah milik Angga terparkir di samping badan Bella. Bella tertegun, Bella hapal sekali ciri dan warna mobil milik Angga. Ia yakin, ini adalah Angga.
Angga keluar dengan pakaian serba hitam, kaos hitam dan juga jeans hitam. Menghampiri Bella dengan raut wajah dingin dan juga datar.
"A-angga, Angga ngapain di sini?"
Angga terlihat bingung, namun ekspresinya tidak berubah sama sekali. "Gue lagi cari angin, dan motor cowok lo ini halangin jalan gue."
Bella meneliti wajah Angga, benarkah itu? Apa Angga tidak sedang berbohong? Apa Angga hanya menutupi rasa peduli dengan rasa gengsi besarnya itu.
"Angga mau anterin Bella yah? Ngaku aja deh." Bella menyentil hidung Angga, membuat Angga terkejut karena itu.
"Heh jauhin tangan lo!" bentak Angga.
"Woh... santai dong, ini cewek bro, lo gak baik bentak-bentak dia kaya gitu," ucap Reno menengahi.
"Yu Bell, gue anter pulang," ajak Reno.
Bella bimbang, dia ingin di antar pulang oleh Angga. Tapi .. apa lelaki ini akan menerima permintaannya.
"Angga? Bella di anter Angga pulang yah? Please." Bella memegang tangan Angga.
Angga dengan kasar menepisnya. "Ada cowok lo kan? Pulang sama dia aja, gue ada urusan!"
Angga pergi dari sana, melajukan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Bella mengembungkan pipinya sebal.
"Bella ayo, udah malam. Lo bisa sakit entar." Reno mencengkram tangan Bella.
"Apasih No! Pergi aja deh, gue mau pulang sendiri," bentak Bella.
"Pulang gimana? Pake apa coba? Di tempat sepi kaya gini? Mana ada angkot atau taksi lewat Bella, ini udah malam banget," ucap Reno.
Bella terdiam, wajahnya berubah sedih. Ponselnya sudah rusak, semua nomor ada di sana, mulai dari nomor Devan, Dela, dsb. huft... bagaimana?
"G-gue--"
"Udah ayo!" Reno menarik paksa tangan Bella, Memberikan helm berwarna biru untuk di pakai Bella.
"Pegangan," titah Reno sambil menarik tangan Bella dan melingkarkan ke perutnya.
"Apasih No, gak!" Bella menarik lagi tangannya, lebih memilih memeluk kedua tangan sendiri dari pada harus memeluk Reno.
Reno hanya tersenyum kecil, ternyata Bella sangat menggemaskan.
Motor milik Reno pun melaju kencang melesat bagai pesawat.
***
Bella sudah sampai di depan rumah nya. Hendak pergi masuk ke dalam, namun tangannya dicengkram oleh Reno.
"Apasih No?" tanya Bella kesal.
"Besok gue jemput yah? Titik gak pake koma."
Bella membulatkan matanya. "Dih kok ngatur?! Ya ogahlah, gue mending dijemput Angga dari pada dijemput sama lo."
"Oke, kalo gitu izinin gue buat mampir ke rumah lo, gimana?"
Bella lebih-lebih terkejut kali ini, lelaki di hadapannya ini benar-benar gila.
"Mau ngapain? Minta sembako? Gak ada! Rumah gue gak punya sembako, udah sana pergi Reno. Makasih atas tumpangannya." Bella mendorong tubuh Reno agar lelaki itu segera pergi dari halaman rumahnya.
"Iya-iya, makin cinta deh gue sama lo," ucap Reno terkekeh.
"Apaan sih lo! Gue gak suka sama lo, udah sana pergi!"
Reno mengalah, dia akhirnya pergi dari halaman rumah Bella. Bella menghembuskan napas panjang, lelah juga jika berurusan dengan Reno. Lelaki ini, membuat Bella pusing. Apa ini ya rasanya diganggu orang yang tidak kita sukai? Apa Angga merasakannya juga? Tapi... tidak, Bella yakin Angga akan suka padanya.
Bella memicingkan mata, meneliti sebuah mobil merah yang terparkir tak jauh dari halaman rumahnya.
"Itu mobil Angga? Ya ampun Angga." Bella berlari menghampiri mobil itu, namun sayang, mobil itu lebih dulu pergi meninggalkan halaman.
"Yah pergi... itu bener Angga kan? Dia ngikutin gue? Ya ampun sweet banget sih, gak salah gue pilih Angga buat jadi calon suami gue di masa depan. Diem-diem dia merhatiin gue ternyata, argh... jadi baper."
Baik, Bella adalah manusia paling-paling polos di dunia. Belum tau pasti pemilik mobil itu, tapi dia sudah percaya bahwa itu adalah Angga. Bagaimana jika orang jahat yang sedang mengintai? Bella, ayolah jangan seperti ini.
*
*"Bella pulang."
"Bella, dari mana aja kamu nak? Mamah di sini khawatir? Kamu gak kenapa-napa kan?" tanya Tina dengan raut wajah cemas.
Bella tersenyum hangat ke arah Tina. "Bella gak papa, Bella baik-baik aja kok Mah, oh iya Papah kemana?"
Raut wajah Tina mendadak berubah drastis, sepertinya ada masalah lagi ketika Bella tidak ada dirumah.
"Mamah sama Papah berantem lagi yah?" tanya Bella pelan.
Tina mengangguk, dia beralih memeluk putri kesayangannya. "Mamah tau, kamu gak ikhlas dengan keputusan kami. Mamah juga gak bisa batalin Bella, ini adalah yang terbaik."
Bella mengerti, dia tersenyum sekuat mungkin. Tidak ingin ada tangisan disela-sela pelukan ini.
"Bella tau kok mah, Bella gak bisa egois hanya karena masalah ini. Bella tau Mamah sama Papah lebih tau dengan apa yang akan terjadi di masa depan, kalian memikirkan Bella, kalian ingin Bella bahagia kan? Bella sayang kalian."
"Makasih sayang, Mamah janji mamah akan selalu sayang sama kamu."
Jangan lupa vote dan coment♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Teen FictionTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...