Pk-11

2.6K 158 4
                                    

Izinkan aku bahagia Tuhan__Bella
•~•












🌕️🌕️🌕️

"Kenapa pipi lo merah Bell?" tanya Dela khawatir.

"I-itu... Mmm... tadi di rumah jatuh, jadi merah, soalnya kepentok tembok."

Dela tidak percaya, namun dia tidak ingin membuat Bella bersedih atau stres karena pertanyaannya. Dela tau jelas, bahwa ada sesuatu hal yang sedang Bella sembunyikan dari dirinya. Dela siap mendengar semua cerita Bella, jika Bella sendiri sudah siap bercerita.

"Yaudah yu, bentar lagi masuk," ajak Dela dan diangguki oleh Bella.

⚫️⚫️⚫️

2 jam kemudian.

Bella dan Dela berjalan keluar dari dalam kelas. Bella dari tadi terus saja mengoceh tidak jelas, membuat Dela merasa sedikit kesal dibuatnya. Kadang murung, kadang periang. Bella memang susah ditebak orangnya.

"Dela, gimana caranya gue bisa tau nama cowok itu? Bantuin dong, bantuin please...."

"Gue juga gak tau, gimana kalo kita cari tau ke kelasnya, pasti udah pada tau dong nama dia."

Bella mengangguk. Mereka berjalan pergi ke arah ruang kelas yang kini ditempati Angga. Terlihat sepi dan sunyi, hanya ada beberapa orang yang sepertinya belum ingin pulang atau mungkin belum selesai mengerjakan soal yang diberikan dosen. Bella melihat Angga yang sedang asik memainkan ponsel ditangan dengan sebuah  aerophone menyumbat kedua telinga. Bella bernafas lega, bersyukur sekali, karena hal itu Angga pasti tidak akan mendengarnya. Dan untung saja di dalam sana ada salah satu murid yang Bella kenal.

"Hey, Ayi! Ayi!" panggil Bella pelan pada mahasiswi cantik yang sedang asik berselfi.

Mahasiswi bernama Ayi itupun menoleh dan segera berjalan menghampiri Bella.

"Bella? L-lo ngapain di sini?" tanya Ayi terbata-bata.

"Gue mau tanya, disini ada murid baru iya kan? Namanya siapa? Nomor ponselnya berapa? Dia tinggal dimana? Apa dia--"

"Aduh Bella, kalo nanya itu satu-satu," ucap Ayi kesal.

"Stt... jangan keras-keras ih, nanti dia nya bisa denger," ucap Bella kesal, membekap mulut Ayi sebentar, lalu melepasnya lagi.

"Ya tapi jangan banyak-banyak, satu-satu kalo mau nanya."

Bella terkekeh."Yaudah dimulai dari yang pertama, di sini ada murid baru kan, namanya siapa?"

"Iya ada, namanya Angga."

Bella mencengkram bahu Ayi, membuat Ayi meringis kesakitan dan ketakutan melihat wajah Bella.

"Serius? Namanya Angga," ucap Bella dengan mata berbinar bahagia.

"I-iya."

"Bella lepasin, kasian tuh mukanya ketakutan liat wajah lo," tegur Dela panik.

Bella melepaskan cengkraman itu dengan pelan."Ya ampun, pantesan aja mukanya ganteng, namanya aja Angga. Cocok sama mukanya. Iya kan Del?"

"Ekhem! bisa minggir."

Deg!

Suara khas miliki satu orang yang selalu saja menghantui pikiran Bella. Bella dengan perlan membalikkan badan, untuk mencari sumber suara.

Bukh!

Ternyata Angga sedang berada di hadapannya, tubuh Bella jadi terbentur pada dada Angga. Bella sedikit mendongakkan kepala, alhasil kedua mata mereka bertemu dan saling memandang. Bella menyayangkan waktu, andai waktu bisa berhenti, ia sangat ingin terus-menerus memandang wajah lelaki tampan ini.

"Ganteng." Kata-kata itu baru saja lolos dari mulut Bella.

Dela yang mendengar itu, sangat amat terkejut karenanya. Angga? Lelaki itu  hanya, diam sambil menatap dingin  wanita di depannya.

Tanpa basa-basi atau rasa peduli, Angga langsung berlalu sambil menyenggol bahu Bella.  Sedangkan wanita yang disenggol, hanya terdiam mematung memancarkan sinar binar kepada Angga.

"Pangeran banget," gumam Bella pelan.

Dela menepuk jidat."Bella stop, lo gak sayang harga diri lo?"

"Ini cinta. Cinta... yang membuat gue jadi gila." Bella terus saja tersenyum sambil menatap punggung Angga yang semakin lama semakin menjauh.

"Bella ayo, pulang!" Dela menarik paksa tangan Bella agar menjauh dari tempat itu.

Namun kaki Bella enggan pergi. Bella menahan kakinya agar tidak pergi dari tempat surga  sesaat ini. Matanya masih setia menatap punggung Angga yang sudah menghilang.

"Bella!" teriak Dela tepat di depan telinga Bella.

"Aduh, apasih Dela?" tanya Bella kesal, saat merasakan perih di bagian tangannya. Ternyata, Dela baru saja selesai mencubit tangan Bella. Dengan keras pula.

"Apa sih Del, ganggu kebahagian orang aja. Loh... pangeran Angganya kemana? Dia kemana? Tadi perasaan di sana," ucap Bella mulai panik.

"Dia udah menghilang, ditelan bumi. Tenggelam di laut, jadi santapan hiu-hiu," ucap Dela sambil memutar bola mata.

"Dela, jangan gitu ih. Dia itu jodoh gue, gue gak akan pernah biarin dia kenapa-napa pokoknya."

"Harusnya cowok yang bilang kaya gitu, dan harusnya juga, cowok yang ngejar lo. Bukan malah kebalik kaya gini," ucap Dela kesal.

"Y-ya nanti Angga juga bakal bilang gitu kok sama gue, tenang aja. Suatu saat nanti dia bakal berjanji buat selalu jagain gue, liat aja nanti. Dan masalah gue yang lagi ngejar cowok? Lo harus tau ini yah Del, gak semua cewek mau dikejar. Contohnya gue, gue malah suka mengejar. Lebih menantang dan tertantang." Bella tersenyum manis ke arah Dela.

"Semoga. Tapi jangan nangis kalo nantinya imajinasi lo itu gak bakal jadi nyata. Dan tentang kata-kata puistis lo itu, mending simpen buat diri lo aja. Gue masih gak nyangka aja, lo bakal ngejar si Angga." Dela mulai merangkul bahu Bella.

"Ah rese, harusnya lo itu dukung gue. Bantuin do'a biar imajinasi gue menjadi nyata," ucap Bella kesal, berjalan lebih dulu meninggalkan Dela.

🌕️🌕️🌕️





























Bagaimana patr ini?

Tertandai Myawd_013🌻

Follow Ig
@Myawd_013

⚪️⚪️⚪️

The next part➡️

Preman Kampus {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang