"Misi mas, misi. Angga!" teriak Bella panik.
"Neng kenal?" tanya salah satu warga.
Bella mendekati korban, meneliti wajah korban dengan jarak yang sangat dekat.
"Eh, maaf Pak, saya kira temen saya, kendaraannya mirip, tapi bukan kok Pak. Muka mereka jauh beda."
Pria paruh baya itu mengangguk, kini warga yang ada di sana berbondong-bondong membopong korban untuk dilarikan ke rumah sakit terdekat.
Bella kembali berjalan menghampiri Dela.
"Siapa Bell? Beneran Angga?" tanya Dela penasaran.
Bella menggelengkan kepalanya."Bukan Del, huh... gue kira itu Angga, gue udah takut banget."
"Yaudah yu, nasi gorengnya udah jadi tuh," ajak Della.
🌑🌑🌑
Angga memukul stir dengan keras. Bisa-bisanya dia mengemudi dengan sangat ceroboh seperti ini.
Tok....Tok....
Terlihat seorang bapak paruh baya mengetuk pelan kaca jendela mobil milik Angga. Bukan hanya bapak itu saja, namun beberapa warga mulai mengerubuni mobil Angga, untuk mengetahui keadaannya.
Perlahan Angga membuka kaca jendela itu.
"Aden gak papa?" tanya pria itu.
"Eh gak papa kok Pak," ucap Angga tertawa kecil.
Pria paruh baya itu mencium bau alkohol dari tubuh Angga."Lebih baik kamu beli minuman dulu, berkendara dalam keadaan mabuk itu tidak baik. Ada warung di seberang sana, lebih baik kanu beli minuman untuk menghilangkan alkohol itu walau hanya sebentar."
Angga mengangguk."Makasih pak, mohon maaf juga sudah merepotkan. Mohon maaf semuanya," ucap Angga tersenyum manis.
Angga kembali mengendarai mobil itu, memarkirkannya dengan benar di pinggiran jalan. Seperti saran pria paruh baya, Angga membeli satu botol air mineral untuk menetralkan kembali tubuhnya.
🌑🌑🌑
Cuaca sejuk, juga suara kicauan burung di pagi buta, membuat Bella bertambah semangat untuk menjalani hari-harinya, walau keadaan keluarga tidak mendukung. Namun Bella masih mempunyai sahabat sebagai penyemangat sekaligus teman terbaik baginya.
"Yu, hari ini ada kelas pagi kan?" tanya Dela semangat.
Bella mengangguk cepat. "Yu, gue gak sabar pengen ketemu Angga."
"Ya ampun Bell, gue kira semangat lo yang baru ini, ya karena pengen cepet lulus dan jadi sarjana. Tapi ternyata, gara-gara pengen ketemu Angga." Dela memutar bola matanya.
Bella yang di ajak bicara pun hanya tertawa kecil. Siapa lagi jika bukan Angga sebagai alasan di balik semangat Bella.
"Yu ah, nanti gue telat, buat liat muka ganteng Angga." Bella menarik paksa tangan Dela, tanpa memperdulikan celotehan Dela yang sangat mengganggu indra pendengarannya.
•~•
Angga menuruni anak tangga dengan pelan. Menaikan satu alisnya ketika merasa bahwa dia melihat seorang wanita yang sedang asik berbincang dengan ayahnya. Pagi-pagi? Ada apa? Siapa?
"Hei Angga, kemari nak," ucap Adi menegur lembut.
Angga menghentikan langkah kaki, dan berbalik badan hingga kini tubuhnya berhadapan dengan Adi.
"Ada tante Eni, dia mau ketemu sama kamu." Adi menepuk bahu Angga sebanyak 2 kali.
Angga mengangguk, ternyata tante Eni. Adik dari ibu Angga.
"Pagi tante," sapa Angga, mencium punggung tangan Eni.
"Pagi Angga, tante dengar kamu ngampus di Jakarta?"
"Iya tan."
"Gimana? Apa kamu di Amerika bertemu dengan Delia?"
Raut wajah Angga berubah dingin, sakit di hatinya muncul kembali jika mendengar nama Delia diucapkan tepat di hadapannya.
"Angga pamit, ada kelas pagi." Angga berlalu, dari hadapan mereka berdua.
"Aku salah ngomong ya mas?" tanya Eni pada Adi.
"Mungkin dia belum bisa menerima keputusan Delia, kamu tenang aja Angga pasti akan baik-baik saja."
***
"Mana sih Del? Kok mobil Angga gak keliatan," tanya Bella gelisah.
"Bentar lagi kali, mungkin aja macet," ucap Dela malas.
Sebuah mobil merah yang diyakini milik Angga, membuat Bella memancarkan senyum yang bahagia. Berlari dengan cepat sambil membawa bingkisan di tangan. Kenapa merah? Bukan hitam? Mobil bekas kecelakan semalam sengaja Angga buang ke tempat rongsokkan, biasalah anak sultan bebas.
"Pagi Angga," sapa Bella tersenyum manis.
Angga yang baru saja keluar dari mobil, mendengus kesal. Apakah tidak ada hari di mana Bella tidak terus-terusan mengusik ketenangan jiwanya? Mungkin tidak! Atau mungkin bisa saja, tapi...entahlah, tidak ada yang tahu kapan Bella akan menyerah mengejar Angga.
"Ck, lo ngapain sih di depan mobil gue," keluh Angga malas, melepas kaca mata hitam dan menyelipkannya pada baju kemeja hitam yang ia kenakan.
"Nungguin lo, dan gue juga bawain sesuatu buat lo. Tada!" Bella menyodorkan bingkisan itu ke depan muka Angga. Membuat lelaki itu menaikan satu alis, karena heran dan bingung dengan apa yang Bella bawa.
"Harum kan?" tanya Bella dengan alis yang dinaik-turunkan.
Rupanya di dalam bingkisan itu terdapat kotak nasi yang berisikan nasi goreng yang sempat Bella buat tadi pagi.
"Duh Bell, malu-maluin aja sih," gumam Dela.
Dela memperhatikan mereka dari jarak yang lumayan jauh. Meruntuki semua perilaku yang Bella lakukan di hadapan Angga si lelaki tampan itu.
"Gue suapin yah? Atau kita makan di kantin? gue temenin, nih satu suap dulu, ayo di mak--"
Bruk!
Angga menepis kasar tangan Bella, membuat kotak nasi itu jatuh ke tanah dan isi di dalamnya pun ikut jatuh, dan berserakan di mana-mana.
Dela membulatkan mata, dia terkejut dan menutup mulutnya tak percaya. Apa ini? Dasar kejam.
"Gue gak suka nasi goreng, apalagi lo yang buat, makin enek kalo nanti gue makan." Angga berbisik dengan sangat pelan, lalu berjalan pergi meningalkan Bella yang terdiam.
Bella menatap nanar nasi goreng yang kini sudah tumpah di atas tanah. Sebegitu menjijikan kah Bella di mata Angga saat ini?
Bella berjongkok untuk memungut nasi goreng buatannya. Sayang bukan jika membiarkan nasi tak berdosa itu tertidur di tanah dan dipijak-pijak oleh kaki manusia.
"Bella cukup! Ayo kita pergi," bentak Dela menarik paksa tangan Bella.
Ada beberapa sorot pasang mata yang dari tadi memperhatikan tingkah laku Bella. Dela tidak ingin menjadikan sahabatnya ini bahan tontonan apalagi bahan bullyan. Sekalipun Bella ditakuti, tidak menutup kemungkinan jika dia tidak akan dibully karena kasus mengejar cowok yang bernama Angga. Apalagi jika ratu bullying sampai tau, makin rumit urusannya.
Bagaimana part ini?
Tertandai Myawd_013🌻
Follow Ig
@Myawd_013⚪️⚪️⚪️
The next part➡️
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Fiksi RemajaTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...