Aku berada di titik terendah. Percayaku padamu perlahan menghilang. Sikap mu pada ku masih sama seperti dulu.
Salahkah jika sekarang aku mukai meragukan cinta itu?
Meragukan perasaan itu?
•~•
🌕️🌕️🌕️
Seperti biasa Bella mengenakan pakaian switcer dan celana jeans. Wajahnya dipoles makeup natural. Menambah kesan cantik pada dirinya.
Melihat pantulan wajah cantiknya di depan cermin. Begitu cantik hingga senyuman itu tidak juga pudar.Bella mengambil ponselnya. Masuk ke dalam room chat Angga. Senyuman nya tebit dikala satu pesan masuk dari Angga.
Angga pacar.
Angga. A : Maaf gak bisa jemput. Ke sini aja. Ini alamatnya. Taman dekat rumah kosong. Jalan mawar nomor 05.
Bahu Bella merosot. Harapan dijemput Angga sirna. Tapi tidak papa, yang penting malam ini mereka akan bertemu.
Bella berjalan cepat keluar kamar. Hendak berpamitan kepada Tina. Namun tak tega saat tahu bahwa Tina sudah terlelap tidur. Bella akan mengunci pintu sendiri.
Baru satu langkah keluar rumah. Ponsel Bella berbunyi. Terpampang jelas nama Devan di layar sana.
"Dev, tumben banget nelpon. Kenapa?"
"Lo keluar rumah?"
"Iya. Kok tau?"
"Perasaan gue gak enak. Mending lo diem di rumah. Diner nya tunda aja."
"Kok gitu?" tanya Bella heran dan kecewa.
"Gue punya Pirasat buruk. Hati gue gak tenang."
"Udah ya Dev, gue nanti telat. Mungkin cuman perasan lo doang kali. Tenang aja gue kan sama Angga."
****
Sunyinya malam Menambah aura seram. Di sekitar sini hanya ada pepohonan yang bergoyang karena hembusan angin. Cuaca di sini semakin dingin. Tapi Bella masih memegang pendirianya. Angga mungkin ada urusan sebentar.
"Gue lupa. Ini malam minggu? Pantes Angga ajak gue jalan." Bella jadi senyum-senyum sendiri.
"Sayang. Aku mau foto sama kamu. Ayo kita ke danau."
Bella melihatnya. Dua sejoli itu tampak seperti couple perpect. Sangat cocok dan.... romantis.
"Gue juga bakal ajak Angga foto. Foto pertama yang bakal jadi sejarah bagi gue," lirih Bella kegirangan.
1 jam berlalu
"Mungkin macet."
1 jam 30 menit.
"Mungkin ban mobilnya kempes."
2 jam berlalu.
Semua orang mulai perlahan menghilang. Mungkin sudah cukup bersenang senang. Tinggal Bella seorang diri yang duduk diam sambil memangku tangan di dagu. Sudah lama Bella menunggu. Namun Angga belum juga sampai. Kemana cowok itu?
"Angga kemana sih."
Bella. R : Kamu di mana? Angga Kamu gak lupa kan sama janji kamu untuk ketemu?
Setelah mengirim pesan. Bella kembali duduk dan mulai menunggu lagi. "Kamu gak lupa kan?"
3 jam masih menunggu.
Bella bahkan sudah mulai lelah. Hawa di sini juga sudah tidak mendukung. Sepertinya sebentar lagi hujan akan turun. Mengguyur kota Jakarta beserta isi di dalamnya.
"Apa Angga benar- benar lupa?" Bella menatap sendu langit gelap. Satu tetes air terasa jatuh ke atas pipinya.
Djrs!
Tanpa di duga. Hujan sudah mengguyur taman ini. Menyedihkan, Bella merasa bahwa takdir mulai mempermainkan perasaannya.
Bella berteduh. Di sebuah rumah kosong, Bella berjongkok memeluk erat tubuhnya. Bahkan hujan pun tau seberapa kecewa Bella sekarang.
"Kamu bohong? Kamu jahat. Bahkan hujan saja mampu membuatku bertambah sengsara. Kamu jahat Angga."
"Rasa percaya aku, kamu runtuhkan begitu saja Angga. Apa... kita harus berhenti sejenak?"
"Menata ulang hati dan juga pikiran."
Drt!
Ponsel Bella bergetar.
"Bella, sorry gue gak bisa ketemu lo. Gue sama Delia--"
"Angga jahat!"
"Bella dengerin gue--"
Bella mematikan sambungan telephone begitu saja. Hatinya tambah sakit, saat tau bahwa Angga sengaja membuarkanua sendiri seperti ini. Dan lelaki itu? Malah asik berduaan dengan Delia. Jahat!
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Teen FictionTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...