Pk-35

2.6K 147 22
                                        

Izinkan aku bahagia Tuhan__ Bella.

~•

.








🌕️🌕️🌕️

Bella mengeluh kesal, kenapa Angga memutuskan telpone dengan sepihak seperti tadi? Apa salahnya? Bella hanya mempertanyakan keadaan Angga.

"Angga! Kenapa sih kamu tuh gak berhenti bersikap dingin sama aku. Sebel banget." Bella memeluk erat bantal guling berwarna pinknya. Piyama tidur putih, sedang ia kenakan saat ini.

"Loh, makan malam di luarnya gak jadi dong?" Bella menepuk jidat, segera beranjak pergi dengan menahan sakit di punggung. Dia berjalan tertatih ke arah ruang keluarga. Terlihat Deni sedang duduk diam dengan secangkir kopi di atas meja.

"Pah, Mamah di mana?"

Deni menengok. "Sudah tidur, memang ada perlu apa? Sini duduk."

Bella mengangguk, dia berjalan menghampiri Deni lalu duduk di sampingnya. Bersender pada bahu tegap milik ayahnya. "Kita gak jadi diner? Diundur yah, kenapa?"

"Kamu sakit sayang, Papah sama Mamah gak lupa kok. Dinernya lain waktu aja oke." Deni mencubit gemas hidung putrinya.

"Pah," panggil Bella pelan sambil mendongakkan kepala untuk melihat wajah tampan milik ayahnya.

"Hm, Kenapa?"

"Dulu... Papah sayang banget yah sama Mamah?" tanya Bella gugup sambil menatap lurus ke layar televisi, takut jika melihat ekpresi wajah ayahnya.

"Sangat."

Bella tersenyum, Deni tidak marah dengan pertanyaannya. Meski di ambang garis akhir hubungan, Bella bersyukur karena masih bisa tinggal bersama dengan kedua orang tuanya. Memikirkan betapa hancurnya anak-anak di luar sana, yang di mana ketika kedua orang tuanya akan bercerai. Mereka memilih untuk tidak tinggal bersama, dan juga memilih hidup masing-masing padahal belum dinyatakan berpisah. Anaknya harus menjadi korban, dimana dia harus memilih antara ikut dengan ayahnya atau ibunya. Bella senang karena kedua orang tuanya tidak berpikir jauh sampai ke situ, nyatanya sampai detik ini Bella masih tinggal bersama  dengan mereka.

"Papah pernah berjuang dapetin cinta Mamah gak?" tanya Bella semakin penasaran.

"Tentu saja, Papah selalu berjuang untuk mendapatkan hati Mamah kamu. Pernah sekali waktu itu Papah ikutin Mamah kamu sampe ke WC wanita, karena Papah takut jika dia digoda oleh lelaki lain. Eh... Papah malah disiram pake air se-ember, parah bangetkan?"

Bella tertawa, segitu besarkah dulu perjuangan ayahnya untuk mendapat kan cinta ibunya? Bella sungguh sangat takjub. Apa sekarang ini, sifat ayahnya turun kepada Bella. Bella kan sedang memperjuangkan Angga.

"Serius Pah? Terus gimana? Gimana Papah bisa dapetin hati Mamah?"

"Simple. Papah kan orangnya ganteng, kuat, jago bela diri. Mamah kamu mana bisa tolak Papah," ucap Deni terkekeh.

"Mamah langsung terima Papah waktu Papah nembak untuk pertama kalinya?" tanya Bella antusias.

"Ya jelas... Papah ditolak. Bahkan butuh ratusan kali nembak, buat Papah dapetin hatinya Mamah. "

Bella menahan tawa, sedetik kemudian tawanya bsnar-benar pecah menggema di seluruh sudut ruangan rumah. "Katanya gak bakal ditolak. Papah gimana sih? Wah, emang Mamah sedingin itu ya dulu, sampe Papah yang ganteng aja di tolak mulu?"

Preman Kampus {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang