Lelaki memangnya tidak boleh menangis? Mereka masih manusia yang punya hati untuk bisa merasakan luka.
Lelaki tampan itu kini hanya duduk menyendiri di balkon kamarnya. Keadaan malam sunyi dan sepi mampu membuat hatinya damai walau pun masih ada sedikit serpihan kaca yang seolah menancap di dalam hatinya dan rasanya sangat amat sakit.
"Gue sayang sama lo, kenapa lo tega ninggalin gue bangsat!" teriak laki-laki itu prustasi. Wajahnya terlihat memerah berusaha menahan emosi dan kekesalan yang tertahan jauh di dalam lubuk hati.
Bughh
PranggLelaki itu memukul keras jendela kaca kamarnya, sakit di hatinya sungguh mengalahkan rasa sakit pada fisiknya. Tangan itu dalam sekejap berubah menjadi memar, luka goresnya juga cukup besar. Amarah saat mengingat masa lalu membuatnya semakin ingin menyiksa diri.
"Ya ampun Den ada apa ini?"
Seorang asisten rumah tangga menghampiri lelaki itu, dia terkejut dan mulai memegang pelan bagian punggung tangan lelaki itu yang terkena serpihan kaca. Perasaan ngilu mulai hadir saat asisten itu bisa melihat bahwa lukanya cukup besar. Sangat amat menyakitkan ketika melihat anak majikannya berubah seperti monster seram yang tidak bisa berhenti menyakiti dirinya sendiri.
"Bibi pergi aja angga mau sendiri!!" bentak Angga emosi.
Asisten itu pun hanya mengangguk patuh dan mulai berjalan berbalik meninggalkan Angga sendiria. Jika sudah begini ada baiknya dia menuruti kemauan Angga dari pada Angga semakin nekat menyakiti dirinya.
°°°
"Gue gak sabar banget pengen cerita semuanya sama Dela tentang cowok itu," ucap Bella penuh semangat dan selama perjalanan tidak hentinya Bella menampilkan aura bahagia dan raut wajah yang ceria.
Namun ekspresinya itu tidak dapat bertahan lama sampai akhirnya seseorang tidak sengaja menabrak Bella.
Brukh!
Seseorang menabraknya membuat Bella bergerak mundur akibat tabrakan tersebut.
"Woy kalo jalan matanya digunain dong!" bentak Bella kesal.
"Sorry Bell gue buru-buru," jawab perempuan itu menunduk.
Bella memutar bola matanya dan dia lebih memilih melanjutkan perjalanan dari pada bertengkar dengan wanita itu.
"Dela!" teriak Bella kegirangan saat matanya menangkap sosok Dela sedang berjalan tidak jauh dari tempatnya.
"Bella ya ampun gue kangen babgat sama lo."
Mereka berpelukan tanpa memperdulikan tatapan geli dari semua orang yang berlalu lalang memperhatikan.
"Gue juga kangen banget sama lo Del, oh iya gue pengen cerita banyak sama lo hari ini yu ke kantin," ajak Bella bersemangat.
Mereka berjalan sambil bercanda dan tertawa itulah mereka dua orang sahabat sedari waktu kecil hingga dewasa sampai sekarang.
°°°
"Angga kenapa kamu melukai diri kamu sendiri!" bentak Adi penuh cemas saat melihat banyak luka di tangan kanan putranya.
"Angga gak perduli! Sekalipun Angga mati mereka gak akan pernah kembali Pah!" ucapnya penuh emosi.
"Angga tunggu!" teriak Adi mencoba memanggil anak semata wayangnya itu. Namun sayang Angga sudah pergi menghilang dari balik pintu besar rumah itu.
Brugh!
Sebelum pergi pintu rumah ditutup kasar oleh Angga. Adi hanya mampu menggelengkan kepalanya saja. Tidak tau harus berbuat apa untuk memberikan anaknya rasa mengerti. Luka di masa lalu sungguh sangat membuat Angga menjadi liar tak terkendali. Angga berubah total.
'Angga Adisrey' seorang laki-laki penuh luka dan harapan. Kepergian sang ibu membuatnya prustasi besar, menurutnya ibunya adalah pembohong yang besar. Ditambah lagi kekasihnya hilang pergi keluar negeri tanpa ada kabar sekalipun. Sekali memberi kabar, itu hanya berupa pesan singkat pada Angga yaitu ucapan putus dan perpisahan. Angga marah perpisahan ini tidak adil. Angga sempat bersekolah di luar negeri dengan tujuan ingin bertemu sang kekasih namun berujung sia-sia. Angga tidak bertemu dengannya dan dia memutuskan pulang ke negaranya Indonesia untuk melanjutkan sekolahnya di kampus yang baru dan cukup terkenal.
"Delia lo ke mana anjing!" teriak Angga penuh marah di pinggir jembatan jalan raya.
°°°
Dua orang wanita itu kini sedang asik menyantap mie ayam. Ditambah sedikit candaan dan obrolan kecil yang sesekali membuat keduanya tertawa bahagia tanpa henti.
Hanya dengan inilah luka dalam hati Bella perlahan sembuh karena bantuan dari sahabatnya. Walau pun tidak sembuh total tapi setidaknya Bella masih bisa tertawa dan tersenyum di luar rumah.
"Gue gak bisa bayangin sih, gimana kalo nanti gue jadi pacar dia? Ya ampun gue bakal jadi wanita terbahagia di dunia," ucap Bella penuh khayalan.
"Baru juga ketemu sekali Bell belum tentu ketemu lagi kan?" balas Dela dengan malas.
"Y-ya jangan gitu dong ngomongnya. Pokoknya lo harus do'ain gue supaya dipertemukan lagi sama dia. Bayangin deh gimana kalo cara pertemuan gue sama dia dibikin mirip kaya di cerita novel. Gue sama dia tabrakan terus dia meluk gue supaya gue gak jatuh dan kita saling tatap-tatapan lucu gak sih."
Dela memutar bola matanya malas. "Gue ingetin ya Bell, lo mendingan mundur aja dari sekarang. Kasian gue kalo nantinya lo disakitin lagi sama cowok. Hati lo bukan plastik yang bisa seenaknya nampung segala penyakit ya contohnya ini, penyakit cinta buta lo itu."
Bella mendadak membisu, ucapan Dela ada benarnya juga. Bella memang pernah disakiti cowok, masalahnya adalah ada pada diri Bella sendiri. Bella terlalu percaya dan berakhir dengan ia yang diselingkuhi secara diam-diam oleh lelaki itu.
"Gue yakin kok kalo cowok semalem baik." Bella menatap Dela dengan tatapan paling serius.
"Oke terserah, gue ikut aja yang penting lo bahagia."
"Makasiiii Delaa cantikkk!!!!"
Instagram @mayawd_08
Facebook @mayawldriJangan lupa vote dan coment
KAMU SEDANG MEMBACA
Preman Kampus {END}
Teen FictionTerkadang sikap pemarah menutupi semua kesedihan pada seseorang. Mungkin umumnya wanita memang yang sering dikejar oleh pria, namun apakah salah jika wanita yang mengejar pria? Bella mengenyampingkan rasa malu, gengsi dan rasa takut akan orang lain...