Satu like, dia senang.
Satu komentar, dia puas.
Tak ada like atau komentar, dia kembali menggila.Berkata-kata dengan pilu yang dibuat-buat. Aku terluka. Aku brokenhome. Aku anak yang tak pernah di sayang. Aku tidak punya teman. Di dunia ini, tidak ada tempat yang pantas untukku, dan lainnya ....
Manusia konyol. Bukannya memakan realita akan kenyataan, ia justru mencari makan dari satu, dua rasa kasian. Sebenarnya itu bukan kasian, hanya perhatian semata agar dianggap teman baik. Sebenarnya, mereka bahkan tidak peduli padamu. Sebenarnya, mereka bahkan geli dengan gelagatmu. Sebenarnya, di dunia ini, kau bukan satu-satunya orang yang berhak diberikan belas perhatian.
Kau hanya meminta kenyataan yang sebenarnya tak layak untukmu. Kau hanya mencari, hal yang tidak baik untuk atmamu. Kau hanya melihat, hal yang buruk untukmu. Kau hanya meraba, dia yang tak memiliki rasa apa pun padamu. Matamu memang dapat melihat dengan sempurna, tetapi mata hatimu sudah tertutupi kebodohan yang tak terasa. Kau meminta, diberikan satu, lalu meminta lebih. Kau mencari, melihat semua dengan luka diri.
Demi sebuah pengakuan. Demi sebuah perhatian. Demi sebuah rasa puas semata. Andaikata kematian dapat dilambatkan dengan jumlah like seperti pemikiranmu, mungkin di dunia ini, tidak ada yang namanya orang waras.
Bukan. Bukan kau yang salah. Namun, sudut pandangmu yang salah. Sebenarnya dunia sosial berguna untuk mencari informasi, bukan untuk mencari perhatian semata. Jikalau habis, tidak ada lagi yang memperhatikanmu, maka kau akan gila, hilang kendali.
Apakah hidup seperti itu yang kau inginkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Jari Bicara
Short StoryBeberapa kata sulit terucap. Maka, biarkan jari bicara.