Biarkan Jari Bicara

0. Anisa

anista_126

Tenggelam ditemani angin malam, yang semakin menusuk tulang. Tenggelam yang kurasakan sendiri, tak ada yang menemani. Tenggelam bersama pikiran ku sendiri, yang semakin lama memutar masa masa yang paling kubenci. Tenggelam seperti kaset rusak, hanya berputar putar. Tenggelam dengan rintik hujan yang semakin banyak. Tenggelam dipersimpangan jalan, sendiri. Tenggelam ditemani detik waktu yang kutahu hilang begitu saja. Tenggelam menikmati luka yang semakin terasa, lagi dan lagi. Tenggelam yang bisa kunikmati sendiri. Tenggelam. Tenggelam bersama tangis yang tak terasa membasahi pipiku, mengalir bercampur dengan rintik hujan. Tenggelam yang kubenci. Tenggelam ingin menyerah. Tenggelam yang selalu kuhindari. Tenggelam yang kutahu hanya menghabiskan waktu. Tenggelam ini ingin kuhentikan. Tenggelam ini terlalu lama. Temnggelam ini, membuatku lelah. Tenggelam yang hanya menampilkan masa masa pahit. Tenggelam yang ingin kulupakan. Tenggelam yang ingin kumusnahkan.

Tenggelam. Aku benci kata itu. Benci. Kata yang hanya menampilkan keterpurukan. Kata yang bisa memaksaku kembali memikirkan kenangan yang ingin aku lupakan. Empat tahun lalu. Masa masa yang selalu ingin aku lupakan. Berharap masa itu tak pernah terjadi. Berharap. Harapan itu hanya sebatas harapan. Aku menunduk. Membiarkan tubuh ini terguyur hujan lebat. Sudahlah. Ini tidak berguna. Ini hanya sebuah waktu yang menjadi pelampiasan kemarahanku. Aku tak ingin tenggelam lagi. Aku tak mau. Tapi aku tahu. Tenggelam ini suatu saat akan hadir lagi. Tak diundang. Untuk sementara ini, aku pasrah. Melampiaskan amarah pada diriku sendiri. Duduk ditrotoar yang sudah sepi, ditemani hujan yang tak henti henti. Bersama hujan yang menemani kesendirianku ini. Aku berusaha melepaskan hal yang lama aku benci. Tenggelam dalam pikiranku sendiri.

Kesalahan :
• ada satu kesalahan di kata 'ku' seharusnya sambung dengan kata lain.
• henti henti (salah)
Henti-henti (benar)
• ada beberapa typo