0. Nanda

10 1 0
                                    

ImNidersseo

Tenggelam dalam luka. Nafasku habis di dalam sana nadiku berhenti berdenyut tatkala aku menerjang takdir Tuhan yang telah ia tetapkan. Di bawah sini tampak Kilauan cahaya matahari yang mampu menembus derai air mata akan kalutnya hidup yang aku alami. Aku memang bodoh mempercayai siapa pun dengan mudahnya. Mengapa mereka bisa tertawa di atas sana sedangkan aku harus menahan sesak di bawah sini? Aku bukan sebuah spesies yang mampu menahan semua rasa sakit dan mengobati luka yang aku miliki. Aku hanya mampu menutupinya untuk sementara waktu. Mungkin ini terakhir kali aku menatap dunia yang sangat luas hingga bebanku tak sanggup di tampung. Tapi, tidak dengan secercah cahaya yang ingin sekali rasanya menemaniku. Seperti ia tak mau melepaskan aku yang sudah tak sanggup bertahan dengan alur hidupku sendiri.

Terima kasih kau ingin menemaniku di saat  terakhir hidupku, meski banyaknya luka yang masuk dan memenuhi rongga sistem organ. Sehingga darah pun ragu untuk menerima tiap udara yang datang kepadaku. Aku tak menuntun keadilan Tuhan lagi untuk hidupku yang sia-sia itu akan membuang seluruh tenaga yang tak membuahkan hasil apa pun. Saat ini yang ku pinta hanya ingin bertemu dengan pencipta saja yang jauh lebih sayang kepadaku. Sudah cukup aku merasakan jatuh kedalam keterpurukan luka mendalam yang mereka ciptakan untuk membinasakan kehidupan ku. Biarkan hukum alam yang akan bekerja dengan sendirinya.

Kesalahan :
• ada kesalahan kata 'ku'
• bukan nafas, tapi napas

Sudah direvisi :
Tenggelam dalam luka. Napasku habis di dalam sana nadiku berhenti berdenyut tatkala aku menerjang takdir Tuhan yang telah ia tetapkan. Di bawah sini tampak Kilauan cahaya matahari yang mampu menembus derai air mata akan kalutnya hidup yang aku alami. Aku memang bodoh mempercayai siapa pun dengan mudahnya. Mengapa mereka bisa tertawa di atas sana sedangkan aku harus menahan sesak di bawah sini? Aku bukan sebuah spesies yang mampu menahan semua rasa sakit dan mengobati luka yang aku miliki. Aku hanya mampu menutupinya untuk sementara waktu. Mungkin ini terakhir kali aku menatap dunia yang sangat luas hingga bebanku tak sanggup di tampung. Tapi, tidak dengan secercah cahaya yang ingin sekali rasanya menemaniku. Seperti ia tak mau melepaskan aku yang sudah tak sanggup bertahan dengan alur hidupku sendiri.

Terima kasih kau ingin menemaniku di saat  terakhir hidupku, meski banyaknya luka yang masuk dan memenuhi rongga sistem organ. Sehingga darah pun ragu untuk menerima tiap udara yang datang kepadaku. Aku tak menuntun keadilan Tuhan lagi untuk hidupku yang sia-sia itu akan membuang seluruh tenaga yang tak membuahkan hasil apa pun. Saat ini yang kupinta hanya ingin bertemu dengan pencipta saja yang jauh lebih sayang kepadaku. Sudah cukup aku merasakan jatuh kedalam keterpurukan luka mendalam yang mereka ciptakan untuk membinasakan kehidupanku. Biarkan hukum alam yang akan bekerja dengan sendirinya.

Biarkan Jari BicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang