Tenggelam dalam angan menyajikan keping salju yang terlampau sayang dibiarkan luruh. Yang membelai lembut rambutku sebelum jatuh. Yang membisikkan ribuan kisah asmara anak manusia. Selalu hangat saat didengar, dan terasa menyenangkan jika mampu dirasa, itu cinta. Ke mana saja tungkaiku melangkah, orang-orang tak bosan menyebut asmanya, itu cinta. Pun, kurasa aku sedang mengalami hal tersebut. Meskipun sulit sebab harus kurajut kisahnya seorang diri, tanpa ia yang turut serta merapikan gulungan benang kusut ini.
Kubaca perlahan pesan yang terlintas di ponsel. Entah bagaimana raut wajahnya ketika mengetik jawaban atas pertanyaanku, atau musik apa yang terlantun saat itu, tidak tahu. Yang kutahu, aku selalu menyukai caranya berkata-kata dalam kalimat yang tak bisa didengar. Cara ia menggunakan emoticon untuk menyuratkan perasaan, atau pesan suara singkat yang kuterima di saat tertentu, yang terasa amat spesial bagiku. Kami berpijak di tanah yang serupa dan berharap pada langit sama. Berkomunikasi jika perlu, bertukar cerita saat ada topik seru. Sesekali ingin kurengkuh bahunya, lantas menjadi orang yang bisa ia gunakan sebagai tempat pulang. Semua tersusun indah dalam memori yang mustahil kau harapkan juga adanya. Terima kasih karena sudah menemuiku dan bertindak sebagai pondok untukku singgah sejenak, bukan tinggal. Dari balik layar ini, aku mencintaimu, jika kau ingin tahu itu.
Kesalahan :
Tidak ditemukan
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Jari Bicara
Short StoryBeberapa kata sulit terucap. Maka, biarkan jari bicara.