puisi dinda

19 4 0
                                    

Namanya kehilangan, menjelma menjadi ketakutan
Memberikan retisalya yang meninggalkan kekosongan
Ada kenangan, bersama dengan derasnya bulir kepedihan
Saban waktu menjadi usaha untuk melupakan, menjadikannya sebagai kebiasaan

Pada semenanjung harapan yang terbentang
Yang bahkan separuh darinya tidak akan segemilau bintang gemintang
Tidak pula umpama matahari yang terang benderang
Jangan pernah percaya pada harapan, karena setelahnya kecewa itu akan datang

Manakala hujan tedah tiada
Bagaskara terbit dari arah yang berbeda
Tiba masanya manusia kehilangan kesempatannya
Asrar kehidupan, mara paling bahaya, itu sudah tiba waktunya

Silakan, kusajikan ketakutan
Ada kepedihan sampai akhir kehidupan
Semua telah kuaksarakan
Bukankah sudah cukup mengerikan?

adinthinaa

Biarkan Jari BicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang