💀

12 2 0
                                    

Sudah berapa lama aku berada di sini? Sunyi, sepi, sendiri. Tak ada yang ketemui selain dinding di kanan dan kiri, hanya ada bulan yang menyinari di waktu malam. Suara serangga-serangga kecil mulai terdengar begitu nyaring, aku mengehela nafas panjang. Mulai berjalan kembali, jalan yang sudah berpuluh-puluh kali aku lalui. Kaki yang terus di paksa berjalan tanpa jeda, mulut yang terus terbungkam, seolah menambah kesan sepi dalam labirin ini. Mungkin, apa yang ku dengar waktu itu benar. Hidup layaknya labirin panjang tanpa ujung. Berkelok, mencekam dan harus butuh banyak perjuangan. Karena, sejauh apapun aku melangkah, nyatanya aku tak menemukan jalan keluar. Kini, aku kembali diam. Berdiri dalam jalan yang sama, menyeka keringat yang sejak tadi menempel di dahi. Memejamkan mata sejenak, merasakan hembusan angin yang kembali menyibak rambut-rambutku. Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku akan terus di sini, sendiri? Bagaimana caranya agar aku cepat pulang?! Berkali-kali aku mencoba berlari, tapi nyatanya aku hanya berlari di jalan panjang tanpa ujung. Aku duduk, diam. Mencoba menenangkan segala pikiran. Sampai di mana aku memikirkan satu hal, bukankah aku sudah berjam-jam berada di sini? Lantas, mengapa cahaya matahari tak kunjung menyinari tempat ini? Suatu hal yang membuatku sangat teramat bingung, sebenarnya dimana, aku? Mengapa semua terasa kosong, hampa dan tak perpenghuni sama sekali? Entahlah, lupakan semua. Aku sudah mulai lelah. Aku merasa di permainkan dalam hal ini, terjebak dalam ruang tak perpenghuni. Tersesat dalam labirin tak berujung, tanpa tau arah pasti.

Kesalahan :
• ada kesalahan kata 'ku' dan 'di'
• nafas itu seharusnya napas
• apapun seharusnya apa pun

Sudah direvisi :
Sudah berapa lama aku berada di sini? Sunyi, sepi, sendiri. Tak ada yang ketemui selain dinding di kanan dan kiri, hanya ada bulan yang menyinari di waktu malam. Suara serangga-serangga kecil mulai terdengar begitu nyaring, aku mengehela napas panjang. Mulai berjalan kembali, jalan yang sudah berpuluh-puluh kali aku lalui. Kaki yang terus di paksa berjalan tanpa jeda, mulut yang terus terbungkam, seolah menambah kesan sepi dalam labirin ini. Mungkin, apa yang kudengar waktu itu benar. Hidup layaknya labirin panjang tanpa ujung. Berkelok, mencekam dan harus butuh banyak perjuangan. Karena, sejauh apa pun aku melangkah, nyatanya aku tak menemukan jalan keluar. Kini, aku kembali diam. Berdiri dalam jalan yang sama, menyeka keringat yang sejak tadi menempel di dahi. Memejamkan mata sejenak, merasakan hembusan angin yang kembali menyibak rambut-rambutku. Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku akan terus di sini, sendiri? Bagaimana caranya agar aku cepat pulang?! Berkali-kali aku mencoba berlari, tapi nyatanya aku hanya berlari di jalan panjang tanpa ujung. Aku duduk, diam. Mencoba menenangkan segala pikiran. Sampai di mana aku memikirkan satu hal, bukankah aku sudah berjam-jam berada di sini? Lantas, mengapa cahaya matahari tak kunjung menyinari tempat ini? Suatu hal yang membuatku sangat teramat bingung, sebenarnya di mana, aku? Mengapa semua terasa kosong, hampa dan tak perpenghuni sama sekali? Entahlah, lupakan semua. Aku sudah mulai lelah. Aku merasa di permainkan dalam hal ini, terjebak dalam ruang tak perpenghuni. Tersesat dalam labirin tak berujung, tanpa tau arah pasti.

Biarkan Jari BicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang