"RANA!" Teriak ibuku.
Aku berbalik dan berlari menghampiri ibuku yang berada di ambang pintu. Beberapa minggu terakhir, aku selalu melihat ibu membawa sebuket lili putih dalam ngenggaman tanganya, seakan itu hal yang paling berharga serta tak bisa ditinggalkan begitu saja.
"Ibu kenapa selalu pulang larut malam? Dan kenapa ibu selalu membawakanku lili putih itu?"
"Apa yang kamu katakan Rana, Ibu selalu ada disisimu, dan bunga ini bukan untukmu."
"Tetapi Rana tak pernah melihat Ibu saat Rana pulang sekolah?"
"Sudahlah, apakah Rana mau ikut ke rumah Ibu?"
Kemana ibu akan membawaku? Bukankah kita sudah berada di rumah? Aku yang melihat ibu berjalan menjauh, segera mengejar langkahnya agar sejajar denganya, sedari tadi senyuman tak pernah luntur dari bibir manisnya, dia tampak angun dengan gaun putih yang melekat pada tubuhnya, dan ya aku baru ingat kenapa ibuku selalu mengenakan gaun itu saat aku beramanya.
Tiba-tiba ibu meberhentikan langkahnya, dan menatapku dengan lamat serta secara perlahan tubuh ibu sirna begitu saja.
Aroma kamboja menguar memenuhi rongga pernapasanku, harum tanah basah mengudara di sekitarku, suara tangisan mengalun merdu dalam gendang telingaku.
Sebenarnya aku dimana? Dan kemana perginya ibuku.
•••
Kira-kira, apa yang janggal dari cerita diatas? Jika kamu tahu, stttt. Simpan saja opinimu dalam hati, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Jari Bicara
Short StoryBeberapa kata sulit terucap. Maka, biarkan jari bicara.