0. Dinda

31 3 0
                                    

adinthinaa

Tenggelam atma dalam lautan nestapa, tenggelam pikiran dalam genangan kesakitan. Putus asa, tidak ada jalan atas penderitaan. Yang pada akhirnya, hanya dapat berdiam di sana, menangis dengan jiwa tercabik, hati separuh hilang fungsi sebab sudah begitu lama ia dicipta, yang kemudian hanya diberikan derita. Mendapatkan darah dan goresan-goresan luka, kemudian cedera, rusak, yang berhenti di titik akhir, ia cacat. Hatiku cacat. Begitu kehidupan memberikan beban yang tak dapat diemban sendiri, meninggalkan diri dalam kegelapan yang sepi, tidak ada yang menemani, tidak ada yang peduli, tidak pernah ada yang bersimpati, tidak lagi aku mengetahui arti dari afeksi. Lalu diberikannya berbagai hal yang menjadi sebab hilangnya tawa, senyuman yang dicipta sebab terpaksa, atau dengan maksud berpura-pura, tidak ada lagi yang bisa mendatangkan suka, perlahan aku lupa bagaimana rasanya bahagia. Harsa itu telah binasa, tidak pernah lagi ada, ia fana seperti dunia.

Aku di sini, menatap wajah lewat cermin, bayangan di sana tersenyum, tetapi hatiku menangis. Ia buruk, wajah ini juga buruk, tidak pernah baik. Bercerita dengan teman perihal dunia dengan segala derita dan rasa sakitnya, semua orang kerap merasa hal yang sama, dunia tidak pernah adil, tidak pernah memberikan hal yang setara. Mengapa ada banyak suka di tengah-tengah hati yang tengah bergelut dengan luka. Cerita itu diakhiri dengan kata semangat, bilangnya bila aku terpuruk ia akan selalu ada. Semua itu hanya kata-kata, tertangkap telinga tetapi ia sudah lupa. Aku tidak pernah punya teman ternyata. Diri ini tidak tahu lagi harus apa, membayangkan masa depan yang hitam seperti pandangan, aku mungkin akan mati sebentar lagi, jiwa redup dengan pita suara yang lelah berteriak. Tidak ada kehidupan. Raga ada di sini, bersama dengan kenangan-kenangan kelam yang kelabu, tetapi atma entah di mana. Tenggelam dalam berbagai pertanyaan di kepala, apakah semua ini dunia atau neraka.

Kesalahan :
Tidak ditemukan.

Biarkan Jari BicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang