0. Kartika

9 1 0
                                    

rikha_03

Tenggelam. Atmaku tenggelam dalam keramaian. Aneh bukan? Hanya aku yang tahu rasa itu. Tentang bagaimana aku menepis keramaian yang membuatku risih. Cemas. Gelisah. Dan itu terjadi dalam waktu yang sama, sepanjang detik yang ramai. Di mana sepi yang dulu selalu menemani? Aku rindu ketenangannya. Sepi bukan berarti kosong. Bagiku, sepi adalah cita-cita. Kau tahu setiap hela nafasku banyak keramain yang mendengung di telinga? Kau tahu semua itu begitu menakutkan? Dan apakah kau tahu ketika tak pernah lagi merasakan tidur yang nyaman? Bodoh! Aku memang sama sekali tidak bisa tidur! Kecuali ada pil kecil yang masuk ke lambungku. Hingga perlahan, aku hirap. Lenyap. Tapi ... itu hanya sementara. Aku masih bisa bangun, dan kembali mendengarkan bisingnya kehidupan, yang mungkin ... berbeda dari manusia umumnya.

Aku juga manusia biasa, kok. Tentu, aku bernapas selayaknya. Berjalan selayaknya. Daksaku baik-baik saja, tak ada sayat luka atau cedera. Namun, batinku menjerit. Aku masih tak terima hidupku pahit. Juga ... tak terima perkataan buruk semua orang tentangku. Aku bukan orang gila! Camkan itu! Apakah mereka tak bisa mengunci mulut untuk tidak menggunjingku seperti itu? Satu dua detik, aku terima. Selanjutnya, akan kucoba lagi menyayat ujung nadi dengan bisturi yang selalu kubawa ke mana-mana. Atau meminum sianida, mungkin. Toh keramaian dan kebisingan yang selalu berbisik itu menyuruhku cepat-cepat akhiri semuanya. Agar ketenangan bisa kembali kurasakan. Bukan terus-menerus tenggelam di ramai yang meracuni.

Sudut kelabu skizofrenia, Sat june 12

Kesalahan :
Tidak ditemukan

Biarkan Jari BicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang