Tenggelam dalam kesengsaraan yang benar-benar menyengsarakan, menyebalkan, dan menyakitkan. Sengsara karena merasakan menjadi orang miskin korban korupsi. Aku pun tak pernah menginginkan ini semua kualami dalam hidup ini. Dulu, menjadi orang kaya membuatku bingung, mau di kemanakan uang ku ini? Membeli satu porsi makanan saja rasanya tak cukup dengan mengeluarkan uang ratusan ribu atau bahkan puluhan juta rupiah. Tapi lihatlah sekarang, makanan di depanku ini terlihat lezat walaupun hanya seharga tujuh ribu rupiah. Nasi uduk dengan sambal, telur dadar, dan orek tempe. Kalau dipikir-pikir, tempe orek ini terasa lebih enak---walaupun tempenya sudah agak bau---dari pizza yang dulu ku beli di Prancis. Mungkin ... karena sekarang sudah terbiasa menjadi orang miskin?
Hidup menjadi orang miskin korban korupsi juga kadang menyebalkan, tak semua yang kita inginkan bisa kita beli dengan uang, bahkan untuk menghasilkan uang pun terasa begitu sulit. Ada yang lebih menyebalkan dan menyedihkan menjadi orang miskin korban korupsi, yaitu ketika pendidikan tinggi sudah kita capai semaksimal mungkin, kemudian melamar pekerjaan. Mereka selalu bilang, 'Maaf Mbak, kami tidak bisa menerima Mbak sebagai pegawai di sini, di kantor kami hanya menerima ... bla bla bla'. Dan satu kalimat yang selalu tengiang di kepala dan telingaku, 'Ayah Mbak kan korupsi!' Rasanya ingin sekali aku menampar mereka yang berbicara seperti itu. Apa hubungannya masalah ayah denganku? Yang melakukan korupsi itu ayah bukan aku! Jika kalian merasa jadi korban, aku pun sama! Aku tak tahu-menahu perkara ayahku korupsi, ayah tak pernah cerita. Tapi aku sadar, mungkin inilah yang disebut dengan karma, aku memeng tak melakukan korupsi, tapi aku pun turut menikmati uang haram itu.
Kesalahan :
• Ayah jika si aku yang mengucapkan harus kapital.
• kata 'dan' tidak untuk awal kalimat
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Jari Bicara
Short StoryBeberapa kata sulit terucap. Maka, biarkan jari bicara.