Tenggelam aku dalam rasa rindu. Terjerat ke dalam lubang tanpa ujung entah sampai kapan. Sudah berapa lama aku berdiam diri di tempat ini? Menunggu dan tetap menunggu sampai dia kembali dengan segala kehangatannya. Kutanya sekali lagi, sampai kapan? Waktu terus berlalu dan semua orang telah beranjak pergi. Pergi untuk melangkah lebih jauh, meninggalkan masa lalu, dan berusaha meraih mimpi. Namun aku tetap di sini, diam, dan menanti. Jarum jam bergerak begitu lambat, aku merasa tercekik oleh waktu. Aku takut dia tidak kembali. Namun hari itu seseorang datang padaku, meraih tanganku sambil mengatakan hal yang sama dengan yang dikatakan orang itu dulu.
Saat aku yang telah lelah ini mulai melangkah kembali dengan tertatih-tatih, melihat dunia yang telah berubah. Waktu terus berjalan saat aku berhenti dan mematung di tempat yang sama. Aku tertinggal, namun genggaman tangannya tidak pernah terlepas. Selagi aku menyembuhkan hatiku, ia tetap membawaku melangkah lebih jauh. Mendorong serta mengajariku dengan sabar hingga aku bisa berdiri di sini. Sampai pada titik dimana aku mampu mengimbangi dirinya. Ia tidak lagi mendorongku, karena kini kami saling mendorong dan membantu saat terjatuh. Aku telah melupakan orang yang meninggalkanku, melangkah dengan percaya diri di setiap tempat. Karena kini aku tahu masih banyak orang yang mencintaiku, hingga rela duduk diam berjam-jam untuk menjadi sandaranku.
Kesalahan :
• 'namun' wajib ada di awal kalimat, dan diikuti koma
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Jari Bicara
Short StoryBeberapa kata sulit terucap. Maka, biarkan jari bicara.