Selena! Aku membutuhkannya sekarang, tetapi di mana dia? Seluruh hutan tak berujung yang kusapu habis dengan mata tak berhasil menemukan sosoknya. Sssh! Telapakku tergores sisik bambu yang tumbang, sekarang aku tersungkur di sini. Napas tersengal-sengal tak beraturan, keringat bercucuran, di mana para anjing penjaga tadi? Anjing hitam dengan mata merah menyala yang bertugas menjadi keamanan tembok. Hari mulai larut, dan seharusnya Selena sudah ada di sini, aku kembali berdiri, celingukan. Lalu berlari lebih jauh dengan modal pencahayaan bulan, takut-takut para anjing penjaga segera menangkap kami. Kami? Apa jangan-jangan Selena sudah tertangkap? Sudahlah, mungkin Selena menemui kendala. Cukup jauh, aku sudah berlari sekitar 1,5 kilo dari tembok pembatas, dan sejauh ini aku belum bertemu dengan anjing-anjing penjaga. Namun, apa yang sebenarnya disembunyikan oleh para pengurus panti? Apa tujuan membangun tembok pembatas dan memberikan dongeng-dongeng horor sebelum tidur tentang dunia luar, agar kami tidak berani keluar tembok? Atau, kastil tua usang tak terurus di depan mataku ini? Yang menjadi alasan kuat kami tidak boleh pergi? Sahut-sahut suara serangga malam mulai mengusik fokusku, tetapi bukan hanya itu, derap langkah gusar dari arah barat. Aku melotot, seorang wanita usia dua puluhan dengan gaun putih robek-robek, seperti tuan putri. Berlari cepat ke arahku dengan belati di tangan kanannya, bersiap menerkam dari atas. Dia bukan Selena! Itu Hera! Putri Kastil Tua di dongeng bersejarah panti asuhan yang diceritakan Mama!
Kesalahan :
Tidak ditemukan
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Jari Bicara
Historia CortaBeberapa kata sulit terucap. Maka, biarkan jari bicara.