Titik terburuk dalam hidupku adalah tatkala orang-orang tak lagi menyukai semua quotes gila yang aku buat.
Anggara ini semakin menjadi-jadi. Menggerogoti setengah dari kejiwaan otak. Haha. Tertawa saja bersama si biang keladi yang satu ini. Aku suka kesengsaraan. Sepatutnya tidak baik ditiru. Kalau-kalau aku tiba-tiba berubah menjadi iblis, bukankah sudah biasa mereka melihatnya?
Dunia ini penuh dengan malaikat yang menyamarkan diri menjadi iblis. Juga iblis yang menyamarkan diri menjadi malaikat. Kira-kira, aku ini termasuk dalam golongan mana, ya?
Dengan gaya hidup yang serba kecukupan, aku haus akan perhatian orang-orang yang tidak kukenal. Sebenarnya ini bentuk diri demi mencari ketenaran semata. Aku paham betul bahwa semua ketikan mereka hanyalah omong kosong bodoh yang menggelitik perut. Di dunia ini, mana ada penilaian yang cocok dari sebuah ketikan biasa, sih. Siapa juga yang hendak percaya?
Aku bukan bodoh. Aku bukan meminta. Aku hanya mencari-cari kepuasan dunia. Sebenarnya, hidup ini sudah lebih dari kata cukup bagi si biang keladi ini. Namun, setelah otak memeras lebih keras, aku merasa kurang.
Ingin-ingin menjadi si anindita. Acapkali bahkan sering bermimpi. Semu, hancur, binasa, pertama seperti itu. Akan tetapi, terus menerus berusaha, semua keseruan ini ternyata nyaman juga.
Sosial media memang dapat mengurung jati diri seseorang, ya. Aku sebenarnya tidak termasuk di dalam golongan orang-orang bodoh yang mengemis perhatian, atau empati. Aku hanya si biang keladi yang menginginkan kepuasan lain dari hidup virtual dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Jari Bicara
Storie breviBeberapa kata sulit terucap. Maka, biarkan jari bicara.