💀

17 2 0
                                    

Tembok kokoh berdiri menjulang tinggi menutupi area lihatku. Sial, di sini gelap sekali. Memutar tubuh beberapa kali, rasanya seperti terkurung di sebuah labirin tak berbatas. Melangkah maju, berbelok, mundur, kembali ke tempat awal, rasanya seakan tak ada bedanya antara bergerak atau menetap di tempat. Apakah usahaku memutari tempat mengerikan selama berjam-jam lamanya ini sia-sia? Ah, seandainya aku tidak nekat memasuki tempat ini beberapa waktu lalu, pasti sekarang aku sudah tidur nyenyak di rumah. Pasti mama khawatir, juga papa. Aku menyesal, sungguh menyesal. Berjongkok, kurasakan sekitarku kian menggelap. Kututup mata dan telinga rapat, entah kenapa tiba-tiba rasa takut membuatku remuk redam. Apa aku akan mati konyol di sini? Kuremas kedua telinga, berharap suara-suara yang tidak ingin kudengar segera lenyap. Namun, tiba-tiba sebuah cairan menetes dari kedua alat pendengaran, membuatku membuka mata, menatap kedua tangan ... ini darah. Tangisku pecah, rasanya sakit, sakit sekali. Ketika air mataku menetes, bukannya air jernih, aku justru melihat darah. Tidak, ini menakutkan. Mama, Papa, tolong aku. Kututup kedua mata dengan telapak tangan, masih berjongkok, kurasakan area sekitarku dibanjiri cairan aneh. Firasatku buruk, sungguh buruk. Membuka mata, kulihat kukuku mengeluarkan darah. Menunduk, darah sudah membanjiri tempatku berjongkok. Segera berdiri, kulihat tembok-tembok yang mengelilingiku dialiri cairan berwarna merah darah dari atas. Sial, sungguh sial, tempat ini akan tenggelam. Aku mencoba berlari, mencari jalan keluar, membelah cairan yang terus meninggi. Tidak, aku tidak akan selamat. Labirin ini tak memiliki jalan keluar. Aku akan mati.

Kesalahan :
• Tidak ditemukan kesalahan.

Tugas - Ghaida_salwa03

Biarkan Jari BicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang