Rasanya, setiap oksigen yang kuhirup merupakan hal langka yang sangat sulit kudapatkan. Ditambah lagi dengan ventilasi kecil yang sangat jarang terlihat di tempat ini membuatku tidak bisa membedakan apakah dunia di luar sana masih berjalan atau sudah berhenti, sama sepertiku di sini. Kepalaku terasa seperti ditekan oleh tangan-tangan kekar yang entah dari mana. Keringat tidak lagi membasahi dahiku, tetapi sudah membuatku terlihat seperti baru saja keluar dari kolam keringat. Kakiku nyaris tak kuat berdiri menopang berat tubuhku lagi. Setiap lorong kulalui, setiap pintu kubuka-tutup, tetapi aku tidak menemukan seberkas pun cahaya matahari. Hanya lampu pijar temaram yang menerangi---meski sebenarnya tidak lebih dari hiasan---ruangan aneh ini. Dinding-dinding bata yang terlihat rapuh, sama sekali tidak bisa membantuku menerobos keluar dari sini. Tiap aku melangkah ke depan, kutemui lorong tanpa ujung yang memiliki banyak cabang dan pintu. Namun, jika aku kembali ke belakang, hanya ada pintu yang membatasiku dengan ruangan dengan banyak pintu. Ah, tidak. Aku tidak akan kembali ke sana. Haruskah aku melanjutkan langkah ke depan sana, meski tidak tahu apa yang ada dan yang akan terjadi di sana?
Kesalahan :
Tidak ada kesalahan
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Jari Bicara
Short StoryBeberapa kata sulit terucap. Maka, biarkan jari bicara.