💀

11 1 0
                                    

Gelap. Aku tak ingat apa pun. Situasi temaram ini mengusik, sungguh. Rasanya sudah berkali-kali kaki ini melangkah, akan tetapi tak kunjung kutemui jalan keluar. Apa memang tempat ini tidak memiliki jalan keluar? Tuhan, tolong, aku takut. Bagaimana caranya keluar? Aku tidak tahan lagi! Siapa pun ... tolong aku. Aku berjalan tanpa arah. Tanpa tujuan. Hanya mengikuti naluri dan firasat. Aku tahu, aku hanya akan semakin tersesat. Namun, tak apa, setidaknya masih ada harapan. Bau hujan, anyir darah, dan suara tetesan air, mengerikan, aku jadi tidak bisa berpikir sama sekali. Entahlah, kepalaku sepertinya terbentur, karena itu aku tidak ingat apa pun. Hal terakhir yang kuingat ... tidak ada. Aku sama sekali tidak punya petunjuk. Aku hanya terus berjalan ... dan berhenti ketika tanpa sadar meraba permukaan licin yang dingin. Itu cermin. Ya, sebuah cermin yang dengan anehnya bisa berada di tempat seperti ini. Aku juga heran. Meskipun penerangan terlampau minim, setidaknya bisa kulihat pantulan di permukaan cermin itu. Yah ... tentu saja cermin memantulkan bayangan benda di hadapannya, bukan. Keadaan ini cukup remang dengan pantulan yang membuatku terdiam membisu tepat di depan cermin tersebut. Rasa ngeri merayapi tubuhku. Tubuh? Aku tidak yakin. Mengapa? Karena di permukaan cermin itu ... Aku ... tidak punya bayangan.

Kesalahan :
Tidak ditemukan

Biarkan Jari BicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang