Tenggelam ditemani oleh malam. Dalam sunyi yang indah, alunan melodi memasuki kedua telinga. Bersama sunyi yang mendominasi ruangan, aku tenggelam dalam kesibukan lagu penenang jiwa. Aku terdiam, tersenyum tipis menatap keramaian di bawah sana. Banyak manusia yang masih sibuk bekerja, bermain, dan lainnya, padahal langit sudah gelap, menunjukkan waktu beristirahat. Aku menghela napas panjang, panjang sekali. Sengaja untuk melepas semua penat yang tersisa dari hari ini. Diri ini sepenuhnya rapuh, tidak sekuat mereka yang masih dapat beraktivitas. Aku adalah seorang yang mudah lepas pada dunia. Namun, tidak mudah melepas diri pada kesunyian.
Detik terus meningkat menjadi waktu yang berbeda-beda, sedangkan aku masih di sini dalam tempat yang sama. Tidak berubah. Tidak ada perbedaan. Aku hanya akan terus berpaling pada kenyataan yang ada. Sudah terlampau jauh aku tenggelam dalam sunyi, dan aku masih nyaman dengan semua khayalan itu. Memang bodoh terlalu berharap pada hening yang tidak sibuk. Namun, aku suka waktu yang melambat saat alunan musik berputar. Aku suka saat diri ini jatuh lebih dalam bersama melodi indah yang membisik di telinga. Membawa hanyut untuk memejamkan mata. Tidak apa, bukan? Semenit saja, sejam saja, atau bahkan selamanya, aku ingin terus seperti ini. Sendiri. Tidak ada siapa-siapa. Hanya aku, hanya aku, hanya aku. Tidak apa, bukan? Napasku terasa nyaman saat sendiri, bersamanya. Napasku begitu indah saat aku menarik setiap kata dalam alunan melodi. Aku suka kesunyian ini. Aku suka waktu yang melambat bersama melodi. Juga, aku suka tenggelam bersama sunyi dalam waktu yang tak terbatas.
Kesalahan :
Tidak ditemukan
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Jari Bicara
Short StoryBeberapa kata sulit terucap. Maka, biarkan jari bicara.