0. Erin

14 1 0
                                    

merivista

Tenggelam dalam imajinasi yang tak kunjung habis memenuhi kepalaku itu rasanya sangat menyenangkan. Rasanya seperti punya bioskop pribadi. Meski aku yang menonton, tapi aku juga produsernya. Sangat spesial dan unik. Jika suatu saat suasananya tidak terlalu berisik, pasti aku mulai menyentuh lautan imajinasi. Lalu perlahan mencelupkan kaki hingga seluruh tubuhku terapung-apung di bagian yang penuh dengan ide dan gagasan yang berbeda, yang siap untuk dipilih dan mengisi hariku. Saat menemukan suatu gagasan yang paling menarik untuk hari itu, rasanya kedua kakiku ditarik oleh arus air menuju ke dasar lautan imajinasi dan rasanya hampir sulit untuk keluar lagi. Setidaknya untuk keluar dari sebuah gagasan yang sudah menarikku masuk ke dasar paling dalam.

Rasanya menyenangkan, nan mengerikan. Aku hampir tidak pernah bisa keluar dari lautan imajinasi ini. Hari-hariku selalu tenggelam, atau terombang-ambing di dalamnya. Nyaris seperti candu rasanya. Candu yang sangat dibutuhkan layaknya makanan. Kalau aku tidak masuk ke lautan itu, aku seperti akan mati. Imajinasiku akan mati. Sebuah gagasan bisa membentuk cerita, dan sebuah cerita membentuk sebuah kebutuhan harian otak. Aku membayangkan diriku adalah seorang penyelam, pecinta alam bawah laut, yang sedang tersangkut di sebuah tali panjang yang terikat di karang, dan membuatku tidak bisa berbuat apa-apa selain mengagumi kehidupan laut (jutaan gagasan) sembari dihantui oleh kematianku sendiri (ketidak lengkapan diri tanpa supplay imajinasi setiap hari).

Kesalahan :
• ketidaklengkapan di sambung

Biarkan Jari BicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang