Sendiri, tiada yang menemani, dan terjebak di sini, di tempat antah-berantah yang membawa akal sehatku pergi. Tempat ini mengajakku bermain lari-larian seorang diri, kedua kaki yang terus melangkah tiada henti, yang setiap tapakan langkah itu kemudian mengikis nyali, pikiranku yang kini berhenti berharap, asa yang mengatakan bahwa ini hanyalah mimpi, atau imajinasi yang kapan saja aku bisa berhenti bayangkan, semua itu sudah menghilang ditelan jalan tak berujung ini. Aku ketakutan. Lelah tak berkesudahan. Membutuhkan pertolongan. Tetapi lagi-lagi sadar, aku hanya sendirian. Memohon pada siapa saja untuk memberiku teman, yang nyatanya hanya dibalas kekosongan, semesta mungkin tengah tertawa meremehkan. Bersusah payah menemukan jalan keluar, berkali-kali berlari tanpa tahu arah, aku sepertinya hanya berputar-putar di tempat ini. Daksa ini sudah lelah sekali, pun hati yang tak kunjung diberi jawaban, hanya semakin banyak tanya yang menggerogoti kewarasan. Kapan aku bisa selamat dari sini? Rasanya aku sudah tidak lagi menemukan tujuan, aku terjatuh dengan jiwa yang mengaku kalah. Aku tidak tahu lagi caranya berlari, otakku sepertinya sudah lupa akan cara berpikir, asa yang pergi dibawa hembusan angin. Aku menyerah, tidak mampu lagi untuk melakukan apa-apa. Pun dengan indra penglihatan yang tidak berfungsi, sedari awal cahayanya memang sudah redup, kegelapan yang akan selalu menjadi penguasa.
Kesalahan :
• Kata tetapi tidak seharusnya di awal kalimat.Sudah direvisi :
Sendiri, tiada yang menemani, dan terjebak di sini, di tempat antah-berantah yang membawa akal sehatku pergi. Tempat ini mengajakku bermain lari-larian seorang diri, kedua kaki yang terus melangkah tiada henti, yang setiap tapakan langkah itu kemudian mengikis nyali, pikiranku yang kini berhenti berharap, asa yang mengatakan bahwa ini hanyalah mimpi, atau imajinasi yang kapan saja aku bisa berhenti bayangkan, semua itu sudah menghilang ditelan jalan tak berujung ini. Aku ketakutan. Lelah tak berkesudahan. Membutuhkan pertolongan. Namun, lagi-lagi sadar, aku hanya sendirian. Memohon pada siapa saja untuk memberiku teman, yang nyatanya hanya dibalas kekosongan, semesta mungkin tengah tertawa meremehkan. Bersusah payah menemukan jalan keluar, berkali-kali berlari tanpa tahu arah, aku sepertinya hanya berputar-putar di tempat ini. Daksa ini sudah lelah sekali, pun hati yang tak kunjung diberi jawaban, hanya semakin banyak tanya yang menggerogoti kewarasan. Kapan aku bisa selamat dari sini? Rasanya aku sudah tidak lagi menemukan tujuan, aku terjatuh dengan jiwa yang mengaku kalah. Aku tidak tahu lagi caranya berlari, otakku sepertinya sudah lupa akan cara berpikir, asa yang pergi dibawa hembusan angin. Aku menyerah, tidak mampu lagi untuk melakukan apa-apa. Pun dengan indra penglihatan yang tidak berfungsi, sedari awal cahayanya memang sudah redup, kegelapan yang akan selalu menjadi penguasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Jari Bicara
Kısa HikayeBeberapa kata sulit terucap. Maka, biarkan jari bicara.