13

27.8K 2.9K 34
                                    

Baik kan aku
Happy reading darling😁

---

Daniel duduk manis di pinggir ranjang dengan pandangan terus mengikuti kemana pun Ara bergerak. Mulutnya tertutup rapat bahkan tubuhnya juga tidak bergerak. Daniel merasa tidak enak hati pada Ara tapi dia bingung harus bertindak apa.

Setelah ganti baju di ruangan lain, Ara kembali ke kamar untuk membereskan beberapa kekacauan yang di buat Daniel karena emosi sesaat lelaki itu. Ara sebenarnya juga bingung harus bagaimana untuk bersikap pada Daniel. Jujur ia marah atas tindakan kasarnya tapi disisi lain ia merasa lelaki itu tidak bermaksud jahat. Tapi... Entahlah.

Daniel bergerak menghampiri Ara yang sedang merapikan buku di meja belajar. Dia menghela nafas, mengatur kata di benaknya. Oh astaga Daniel tidak pernah gugup sekalipun dulu. Tapi hari ini dia benar benar gugup hanya karena seorang gadis.

"Apa tangan lo masih sakit?"

Ara menoleh, ia menemukan Daniel berdiri di belakangnya.

"Udah gak papa kok. Ini udah malem, mending kamu pulang aja Daniel." Ara kembali fokus pada buku pelajaran yang akan ia bawa besok ke sekolah.

Daniel mengulum bibirnya, apalagi yang harus dia katakan. Astaga.

"Gue... Em mau.. aduh gue.." Ujar Daniel dengan latah. Entah bagaimana kata kata di benaknya sulit sekali di ucapkan.

"Udah gak papa kok. Nih liat." Ara mengulurkan tangannya ke arah Daniel. Menunjukan pergelangan tangan kirinya yang memang masih memerah tapi tidak separah tadi.

Daniel menunduk memperhatikan tangan Ara. Meraih tangan kecil itu. Daniel menatap sendu pada Ara.

"Gue minta maaf. Gue salah."

Ara tersenyum. Ara menyentuh tangan Daniel yang menggenggam tangan kirinya.

"Iya. Lain kali jangan di ulang ya."

Daniel mengangguk. Kemudian ikut tersenyum. Setengah kegugupan nya  menguap begitu saja. Ia bergerak menuju ranjang dan duduk di pinggir menghadap ke arah Ara.

Daniel melambaikan tangan memberi isyarat pada Ara untuk mendekat. Ara kemudian duduk di pinggir ranjang yang sama dengan Daniel dengan berjarak 20 cm saja dari lelaki itu.

Ara diam. Menatap Daniel dengan tatapan menyebalkan. Tanpa sengaja mata Ara menangkap luka memar di punggung tangan Daniel.

"Ini kenapa?" Ara bergerak mendekat secara refleks, dan meneliti luka itu.

"Gak papa, gue cuma olahraga tadi." Iyakan? Tinju juga olahraga.

"Kok bisa jadi gini? Olahraga apa sih?" Ara menatap Daniel serius. Yang di tatap hanya cengar cengir bingung menjawab.

"Udah aku bilang aku gak suka kamu liat luka. Udah janji loh." Daniel lantas tersenyum. Kemudian meraih tangan kecil Ara. Astaga mungil sekali tangan Ara jika dibandingkan tangan Daniel yang lebar.

"Iya iya, bawel. Gak papa kok, ini gak sakit."

Ara masih memperhatikan luka memar itu. Warna kebiruan tampak begitu jelas di kulit Daniel yang putih. Kulitnya sangat bagus jika tanpa luka, tapi lihat lelaki ini sangat bandel.

"Beneran gak papa. Katanya mau istirahat, sini tidur aja." Ujar Daniel meyakinkan. Kemudian Daniel langsung merebahkan tubuhnya di kasur.

Dengan santai ia menepuk sisi kosong di dekatnya. Meskipun Ara ragu tapi ia memilih untuk menurut pada Daniel. Atau hal buruk bisa saja di lakukan lelaki gila ini.

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang