55

2.7K 370 2
                                    

Ara masih berusaha keras untuk tetap berpura pura pingsan saat mobil mewah orang yang di maksud Kai itu pergi membawanya ke tempat yang entahlah, akan pergi kemana. Jujur saat ini ia takut, sangat takut malah. Keadaan ini tidak pernah ada dalam khayalan kepalanya dimana ia berakhir diculik oleh orang kejam yang berniat jahat pada orang yang ia cintai. Tuhan tolong lindungi Daniel.

Entah berapa lama lagi mobil hitam ini akan melaju, tapi sejak tadi orang yang duduk di sampingnya hanya diam dan tidak bicara apapun. Situasi seperti ini, adakah orang yang mau bertukar posisi dengan Ara sekarang?

Dengan panjatan doa yang tak henti hentinya ia baca dalam batinnya, semoga apa yang sudah di rencanakan Kai setidaknya akan berjalan sampai selesai, meskipun sedikit melenceng.

****

Untuk pertama kalinya Ara melangkah masuk ke dalam rumah Kai yang terlihat sangat sepi. Terasa sekali kalau rumah ini begitu hampa seolah tidak ada apapun kecuali kesunyian. Persis seperti rumahnya.

"Dimana Bian, Kai?" Tanya Ara saat ia sudah masuk ke rumah tapi tidak mendapati tanda tanda kehidupan di rumah ini.

Bukannya menjawab, Kai malah menunduk penuh penyesalan bahkan sudah menghela nafas kasar karena berhasil membawa Ara pergi dan mendatangi rumahnya yang tentu dengan niat yang tidak baik. Melihat Kai yang malah tampak lesu, Ara mengambil inisiatif bergerak mendekat dan bertanya. "Ada apa Kai? Apa terjadi sesuatu? Dimana Bian?"

"Maaf." Lirihnya, dengan kepala yang sepenuhnya tertunduk Kai mengucapkan kata maaf. Maaf karena membohongi Ara, berniat jahat padanya, dan akan memanfaatkan gadis ini demi keselamatan adiknya.

"Maaf? Untuk apa?" Ara menaikkan sebelah alisnya, menatap Kai yang masih enggan menatapnya balik.

"Maafin gue Ra." Ulang Kai yang sekali lagi mengucapkan kata maaf yang tidak Ara mengerti untuk apa.

"Aku gak perlu maafin kamu, karena kamu gak salah kan. Aku juga tau kamu minta maaf buat hal apa. Kamu gak papa kan Kai?"

Kai mengangkat wajahnya dan langsung menatap Ara penuh sendu, bahkan matanya hampir menangis benar benar merasa menyesal. "Bian gak ada di sini." Ujarnya.

Melihat tatapan Kai yang berbeda, Ara tertegun. Antara iba dan heran. Bukannya tadi Kai bilang Bian sedang mengurung diri karena bertengkar dengannya, lalu kenapa dia bilang Bian tidak ada di sini. Dimana Bian sampai Kai tampak begitu sedih seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi.

"Kai sebenernya apa yang terjadi? Kamu kena masalah? Kemana Bian? Kamu kenapa?"

Kai melipat bibirnya lalu menghela nafas lagi. "Maafin gue Ra." Maaf untuk apa sebenarnya?

"Gue bawa lo kesini bukan buat bujuk Bian, tapi nuker lo sama Bian. Maaf."

"Nuker aku? Kenapa?" Ara membeo bingung. Mata Ara tidak bisa bohong kalau ia tidak mengerti dengan situasi saat ini. Kalimat yang ucapkan Kai sama sekali tidak ia pahami apa maksudnya. Kepalanya tidak mau berputar untuk mencari maksud Kai yang sebenarnya.

"Gue pernah bilang kan, kalau mereka gak akan diem aja kalo lo masih berhubungan sama Daniel."

"Mereka siapa yang kamu maksud Kai? Aku gak ngerti."

"Musuh Daniel."

Dahi Ara berkerut. "Musuh Daniel?" Ulang Ara.

Melihat Ara yang terlihat bingung membuat Kai tertegun. "Lo gak tau?" Ara menggeleng pelan dengan wajah yang masih terlihat bingung sambil menatap Kai. "Daniel belum cerita sama lo?"

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang