39

11.1K 963 32
                                    

"Coba ulangi lagi."

Ara gelagapan sendiri. Ia mengulum bibirnya bingung dan matanya bergerak ke sana kemari memandang objek lain berusaha keras untuk tidak menatap Daniel. "A-apa?" Lihat kan? Bicara saja bahkan Ara merasa kesusahan. Daniel bisa membunuhnya jika begini terus.

Secara tiba tiba Daniel mengecup kening Ara singkat. Hal yang sama sekali tidak di duga oleh gadis yang kini membeku bagaikan patung batu itu. Seluruh organ tubuhnya seakan berhenti bekerja, tapi lain dengan jantung nya yang nyatanya hampir mengoyak dadanya sendiri.

"Ulangi lagi." Perintah Daniel di ulang lagi. Ia masih menatap Ara yang mulai gelisah mendengar perintah Daniel. Gadis itu masih terus menghindari kontak mata dengannya. Tapi dalam hati, Daniel sudah tersenyum senang melihat wajah Ara yang mulai memerah, bahkan sikapnya yang berubah manis dan menggemaskan karena salah tingkah. Salah sendiri.

"A-aku.. gak..."

Cup.

Daniel mencium batang hidung Ara yang mungil. Isi otaknya benar benar terasa kosong sekarang. Udara di sekitar Ara rasanya berlomba lomba menghilang meninggalkan paru parunya. Ara membeku dengan nafasnya yang mulai memburu. Serangan panik menderanya. Jantungnya tidak bisa diajak bersahabat dan terus bekerja tidak terkendali di tempatnya.

"Coba ulangi lagi." Perintah Daniel lagi, kali ini senyuman tak lagi bisa Daniel tahan melihat wajah Ara yang sepenuhnya memerah. Bahkan mata coklat terang itu membola menatap lucu padanya.

"Iya oke oke. Diam disitu!" Ujar Ara dengan panik saat ia melihat gerakan Daniel, ia membaca dengan cepat maksud Daniel yang mencoba mendekatkan wajahnya. Ara tidak mau ambil resiko lebih buruk. Lagipula ia sudah terlanjur melakukan ide gilanya itu tadi.

Daniel tersenyum merasa menang. Ia menaikkan sebelah alisnya menguji mental Ara yang turun drastis ke titik terbawah. Ara memejamkan matanya menetralkan nafas, mengatur suaranya sebaik mungkin dan meyakinkan dirinya untuk mengucapkan panggilan itu lagi. Sialan dengan otak bodohnya tadi. Kenapa ide gilanya itu muncul begitu saja? Dan kenapa juga Ara begitu bodoh menuruti otaknya yang sama bodohnya?

"Sa-sa.. yang." Panggil Ara dengan suara lemah dan gugup. Setelahnya ia menggigit bibirnya dan mengumpati dirinya sendiri dalam hati.

"Apa? Aku gak denger."

Ara sungguh sangat ingin mengumpat keras saat ini. Sifat menyebalkan Daniel, menguji rasa malunya.

"Sa-sayang." Cicit Ara lebih keras. Ia malu sekarang. Sangat malu malahan. Ia langsung menutup wajahnya yang sudah memerah sempurna sampai ke telinga dengan kedua tangan nya yang sejak tadi masih melingkar di leher Daniel. Menunduk menyembunyikan wajah memalukannya di dada Daniel.

Daniel tertawa lepas setelah mendengar panggilan yang pasti Ara pelajari darinya itu, begitu gemas dengan Ara yang bertingkah malu malu. Ditambah dengan Ara yang menutup wajahnya dan membenamkan wajah pada dadanya, lantas membuat ia mengeratkan pelukannya. Sungguh Daniel tidak bisa menahan senyuman yang melengkung sempurna di wajahnya. Daniel meletakkan kepalanya di atas kepala Ara dan membiarkan gadis itu meredakan rasa malu itu dalam rengkuhan nya.

****

Ara dan Daniel masih di dalam kamar Ara. Kali ini tidak sedang berbaring dan saling berpelukan seperti sebelumnya. Daniel sudah berbaring di pangkuan Ara dan memejamkan mata. Sedangkan gadis itu tengah bermain main dengan rambut hitam Daniel yang mulai panjang.

"Kamu gak marah?" Tanya Ara disela sela aktifitas nya mengusapi rambut Daniel yang panjang itu. Sesekali ia berfikir untuk menguncir rambut lelaki itu untuk menghibur dirinya sendiri tapi letak karet dan sisir agak jauh dari tempat tidur jadi, ya sudah ia urungkan saja.

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang