Bunyi bel pulang sekolah berbunyi. Sorak gembira dari segala penjuru sekolah mulai terdengar. Satu persatu siswa keluar dari kelas dan pulang. Begitupun dengan Ara.
Dengan gesit gadis itu melesat keluar gerbang menuju minimarket biasa ia bekerja. Bersenandung di sepanjang perjalanan membuat Ara terus melengkungkan senyuman.
Sesampainya ia di sana ia langsung mengganti seragam sekolahnya dengan seragam pegawai. Dan pekerjaannya dimulai.
****
Ara membuka pintu rumahnya. Hari ini ia sudah selesai bekerja.
"Astaga jantungku!" Ara memekik kaget saat melihat sosok lain di kegelapan. Tengah duduk di sofa menatapnya.
Ara menyalakan lampu dan orang itu tersenyum. Ara menghembuskan nafas lelah. Dia lagi.
"Lo pulang?" Tanya Daniel sambil menyandarkan diri. Mengamati setiap pergerakan Ara yang sama sekali tidak melirik padanya. Ara tidak menjawab hanya berlalu menuju dapur menyimpan beberapa barang belanjaan nya.
"Kenapa kamu gelap gelapan sih? Ngagetin aja!" Tanya Ara. Sebenarnya dia emosi tapi ia ingat Daniel tidak suka di teriaki. Sebisa mungkin ia bicara dengan biasa saja. Padahal Ara sangat ingin menendang lelaki ini keluar rumahnya.
"Gue gak nemu saklar lampu pas dateng, jadi ya udah." Jawab Daniel acuh.
Tanpa menjawab Ara masuk ke kamarnya. Menaruh tas sekolahnya dan bergegas mandi. Ara sengaja melama lamakan mandinya agar pertemuan dengan Daniel bisa dihindari. Tapi hari ini air terasa dingin jadi Ara memutuskan cepat keluar.
Daniel masih di sana. Di sofa dengan bermain game.
Baguslah dia tidak merecoki ku.
Ara kembali ke ruang depan setelah selesai mandi. Duduk di salah satu sofa. Menghadap pada Daniel. Meskipun Ara tau itu berbahaya bagi jantung nya.
"Kali ini kenapa kamu datang ke sini?"
"Gue rasa masih sama kaya kemarin. Iseng." Daniel menurunkan ponselnya. Lalu mengangkat tinggi tinggi kresek ke hadapan Ara.
"Tada. Gue bawa martabak. Biasanya cewek suka makanan manis." Ujarnya semangat.
Aku lebih suka kalo kamu pergi dari sini.
"Lain kali datang sebagai tamu Daniel. Stop nyelinap dan ngagetin kayak tadi." Ara benar benar tidak mengerti pikiran Daniel. Menyelinap masuk sambil membawa martabak. Dia sudah gila.
"Iya iya." Ujarnya dengan pipinya yang mengembang penuh dengan martabak. Dia yang bawa dia juga yang makan.
"Kalo lo gak pulang terlambat gue pasti bakal bertamu lewat pintu itu. Tapi lo gak ada di jam bertamu. Ya udah gue nyelinap aja."
Ara menatap Daniel kesal. Alasan macam apa itu. Daniel menoleh karena Ara terus menatapnya. Dia malah mengambil sepotong martabak dan mengarahkannya pada Ara.
"Buka mulut lo!" Perintah Daniel. Ara diam saja bingung. Tapi beberapa detik kemudian mulutnya terbuka dan martabak itu sudah ada di mulutnya. Disuapi Daniel.
"Gadis pintar." Pipi Ara sama mengembangnya dengan pipi Daniel. Dan itu tampak begitu lucu.
Ara sedikit kesulitan mengunyah karena mulutnya benar benar penuh. Sampai ia pergi ke dapur dan mengambil minum untuknya dan untuk Daniel.
"Ke mana aja lo sampe pulang malam hm? Kalo di inget inget kemarin juga lu pulang malam. Lu gak ngelakukin hal aneh kan?"
"Aneh gimana?" Tanya Ara sambil menuangkan air minum untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...