"Hal pertama yang harus lo lakuin adalah, pura pura pingsan. Mereka akan bawa lo ke suatu tempat dimana Daniel akan nemuin musuhnya."
Instruksi pertama yang Kai beritahu pada Ara saat ia mengatakan sebuah rencana untuk menemukan musuh Daniel sekaligus menyelamatkan Bian yang mereka culik. Semoga gadis itu baik baik saja sampai pertolongan datang. Tuhan tolong jaga Bian.
Tapi sebutir rasa khawatir masih mendera hatinya saat kalimat perintah dari orang yang sepertinya adalah bos dari para kriminal ini, yang saat ini duduk di sampingnya. Kalimat perintah 'bunuh Daniel' masih membuat Ara merasa gusar, bagaimana kalau Kai benar benar melakukan hal buruk pada Daniel. Tapi sekali lagi Ara berusaha menyakinkan diri, kalau baik Kai maupun Daniel bukan orang jahat, mereka orang orang baik yang tidak akan melakukan hal keji seperti itu. Ara yakin.
Ara harap Daniel bisa datang secepatnya karena Ara sangat takut saat ini. Dengan berbekal sebuah tekad konyol yang membuat Ara sangat berani berhadapan langsung dalam situasi tidak baik ini, dan mencoba menyelamatkan Bian juga membantu Daniel. Bahkan sebenarnya ia masih tidak mengerti kenapa dengan membuat dirinya sendiri diculik oleh penjahat bisa membantu Daniel. Tapi setidaknya Ara harus berbuat sesuatu yang akhirnya membuat Ara bisa bertemu Daniel lagi. Jujur ia merindukan lelaki itu sudah terlalu berat.
****
Daniel buru buru keluar dari mobilnya saat ia tiba di seberang jalan rumah Ara. Ia berlari kencang untuk sampai ke rumah Ara secepatnya.
Melihat atasan nya bertindak buru buru untuk pergi ke rumah target, Brian langsung ikut turun dari mobilnya yang sudah sejak lama terparkir di sana dan mengintai rumah Ara. Lebih tepatnya mengawasi pemilik rumah itu. Saat ia hampir menyebrang, mobil familiar juga ikut parkir sembarangan di tepi jalan. Farrel dan Terra turun dari mobil tampak panik dan langsung berlari menyusul Daniel yang sedang memanjat pagar. Apa yang terjadi?
Setibanya di depan pintu rumah Ara, Daniel langsung meraih kasar gagang pintu dan mendorongnya. Pintu ini terkunci!
Apa itu artinya Ara tidak ada? Tapi bagaimana kalau Ara ada di dalam dan terkunci dengan seorang bajingan gila di sana. Karena pikiran itu, Daniel langsung mendobrak pintu itu keras keras menggunakan tubuhnya yang besar. Ia tidak peduli dengan rasa sakit di tubuhnya, ia harus memastikan sendiri kondisi Ara sekarang.
Melihat Daniel yang berusaha merusak pintu rumah Ara dengan mendobraknya, Farrel menarik tubuh Daniel menjauh dari pintu berusaha menyadarkan lelaki itu kalau apa yang ia lakukan itu tidak benar. "Ara mungkin gak ada di rumah. Apa kata tetangga kalau tau lo dobrak pintu rumah orang sembarangan."
"Gue gak peduli." Jawab Daniel dan kembali menabrakkan tubuhnya pada pintu Ara yang terkunci dengan kuat. Dan pintu itu langsung terbuka dengan handle pintu jebol dan rusak.
Farrel hanya bisa menghela nafas melihat emosi Daniel yang sampai membuat kekacauan di rumah orang seperti ini.
"ARAA!" Panggil Daniel keras keras saat ia memasuki rumah Ara yang sepi. Ia berjalan cepat menuju kamar gadis itu, dan dia tidak ada di sana. Di kamar mandi juga kosong. Ia bahkan juga mendobrak pintu kamar ayah Ara yang terkunci hingga handle pintu nya jebol. Dan Ara tetap tidak ada di sana.
Farrel menoleh ke arah Brian tertunduk dengan wajah yang pucat melihat emosi atasan nya yang sangat kacau. "Dimana Ara?" Tanya Farrel pada Brian.
"Dia harusnya ada di rumah. Gps nya masih ada di sini." Ujarnya sambil menunjukan sebuah titik di layar ponselnya yang merupakan keberadaan Ara. "Gue bahkan gak liat Ara keluar rumah atau bahkan ada orang yang datang. Harusnya dia ada di rumah, ka-kaan?" Jujur Brian takut akan amarah Farrel yang tak kalah menakutkan dari Daniel. Bahkan Farrel jauh lebih horror kalau sedang marah, karena ia cenderung memasang wajah tenang dan langsung melakukan hal buruk di banding Daniel yang hanya memelototi dan berteriak. Atau mungkin hanya sampai membanting dan merusak barang bukan menyakiti seseorang.
Daniel tak ayal langsung menelepon Ara dan memastikan kalau Ara benar benar masih ada di rumah. Bunyi dering terdengar begitu dekat, Daniel langsung bergerak cepat mencari dimana sumber suara itu, dan ia menemukan ponsel Ara di sela sela sofa yang biasa ia duduki.
Tentu saja gps Ara masih di sini, karena ponselnya tidak Ara bawa. Melihat ponsel targetnya berada di tangan Daniel, langsung membuat Brian keringat dingin. Ia pasti di hukum kali ini. Ia menunduk dalam dalam setelah beradu tatap dengan Farrel.
"Niel." Panggil Terra. Ia sebenarnya juga bingung dengan situasi ini, tapi ia tau betul kalau semuanya tidak akan berjalan lancar kalau Daniel dalam kondisi emosi dan panik seperti ini. Harusnya Daniel lebih bisa mengontrol emosinya. Tapi memang dalam rasa sekhawatir ini siapa yang bisa merasa santai, Ara nyatanya tidak ada di rumah. Itu artinya Ara pergi ke suatu tempat atau mungkin seseorang membawanya pergi dari sini.
Daniel berjalan mendekati Brian yang menunduk merasa bersalah. "Lo yakin gak ada orang yang datang ke sini?"
Brian takut takut mengangkat wajahnya karena merasa segan, ia mengintip untuk beradu tatap dengan Daniel. Mata Daniel memerah dan itu membuat rasa menyesal semakin tinggi. Ia mengangguk pelan, lalu Daniel menghela nafas. Entah apa maksudnya.
Memang benar tidak ada orang yang datang ke sini. Seharian, tidak! Bahkan berhari hari Brian tetap setia di tempatnya untuk memperhatikan Ara dari jauh. Gadis itu jarang keluar rumah paling hanya saat sekolah, dan mungkin sekedar duduk di teras rumah menikmati malam. Itu saja. Bahkan ia sejak tadi juga tidak keluar mobil dan terus menatap ke arah rumah Ara, tapi bagaimana Ara bisa tidak ada di sini padahal gadis itu tidak keluar dari rumah. Tidak Brian lihat kalau Ara pergi dari rumah.
Tapi tak lama ia ingat kalau ia sempat menolong seorang anak kecil yang jatuh dari sepedanya di tengah jalan raya dan terluka. Ia bahkan sampai mengobati luka yang anak itu. Apa itu waktu yang cukup untuk Ara pergi dari sini tanpa sepengetahuannya?
"Se-sebenarnya, tadi gue sempet nolongin anak kecil yang jatuh di jalan. Dan kayaknya waktu itu gue gak sadar kalau Ara pergi dari rumah." Ia kembali menunduk. Ia tidak bisa melihat beberapa pasang mata di sekitarnya yang berubah ganas. "Maaf."
Hal yang di katakan Brian tak ayal membuat rasa panik kembali menyerang Daniel. Apa Ara pergi sendiri atau seseorang datang di waktu yang tidak banyak itu dan membawa Ara pergi. Sebenarnya kemana Ara?
Seakan mendapatkan jawaban dari pertanyaan di kepalanya, sebuah notifikasi masuk ke ponsel Ara. Sebuah nama yang tertera sebagai pengirim membuat Daniel naik darah. Ia menyinggung senyum miring karena ia tidak sadar bahwa orang itu akan bertindak seperti ini. Secepat ini.
Kai🐧
Dateng kalau lo mau Ara balik.
Daniel meremas kuat ponsel Ara karena emosi. Lalu menghantamkan tinjunya pada meja Ara melampiaskan emosi yang seolah ingin meledak. Bagaimana bisa Daniel sebodoh ini tidak menyadari kalau dia akan menargetkan Ara? Bagaimana bisa ia ceroboh dengan meninggalkan Ara sangat lama? Bagaimana mungkin selama ini Daniel bisa begitu sibuk saat Ara bahkan dalam bahaya? Dan Daniel kukuh akan mempertahankan Ara saat ia tidak bisa menyadari apa yang akan Ara alami. Lelaki macam apa dia?
"Kalian siapa?"
tbc.....
Pemberitahuan, jadi mulai minggu depan aku udah harus kuliah offline, cuma 2 hari sih. Tapi aku harus pulang pergi kampus-rumah yang gak deket buat bagi waktu sekalian kerja juga. Jadi kalo nanti aku lama up, mohon maklum ya.
Insyaallah, sebisa aku kalo emang cukup santai aku usahain buat up sebanyaknya seseringnya. Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...