Suara tawa dan obrolan random terdengar menyenangkan dari sebuah keluarga hangat yang kembali menjadi lengkap setelah berapa lama.
Ara tersenyum tulus kala menyaksikan sendiri kalau keluarga yang ia punya ternyata sangat sempurna. Suasana riuh yang ia rasakan saat ini tidak pernah ia rasakan lagi setelah ia kukuh untuk tinggal sendiri di rumah peninggalan ibunya dibandingkan tinggal bersama keluarga baru ayahnya.
Ia tidak pernah menolak pernikahan ayahnya, tapi untuk tinggal bersama, Ara masih belum bisa. Alhasil Ara memilih tetep di rumah ibunya dan tinggal sendiri.
Itu mungkin pemikiran Ara yang masih penuh dengan ego dan kekanakan dulu, tapi saat ia merasakan sendiri hangatnya suasana yang ada di depannya, melihat bahwa cinta yang ada di keluarga barunya sangatlah besar, tak kalah besar dari keluarga kandung. Ara sadar, selama ini Ara menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapat keluarga hebat yang akan selalu ada untuknya.
Kenapa Ara tidak pernah berusaha melihat dengan yakin kalau kasih sayang yang mereka tunjukan tidaklah rekayasa. Kenapa Ara tidak berusaha untuk mengerti kalau cinta memang bisa terganti seiring waktu?
Perihal cinta, Ara menunduk sesaat kala ingatan soal Daniel melintas begitu saja dalam benaknya. Apa cinta nya untuk Daniel juga bisa terganti suatu hari nanti seperti ayah yang kini mencintai mama? Apa memang cinta bisa di geser dari hati manusia? Apa benar Ara bisa untuk mencintai orang lain selain Daniel suatu hari?
Entahlah, biarkan waktu yang akan menjawabnya nanti.
Saat ini Ara ingin fokus untuk memusatkan seluruh pikiran nya pada pemandangan bagus dimana kini mama tengah mengomeli bang Reno karena ketahuan berbohong soal acara kampus. Rasanya Ara tidak bisa menahan senyumnya lagi kala ia melihat wajah lesu kakaknya saat di omeli, ia bahkan sudah menghentikan acara makan malam nikmat bersama keluarga karena omelan mama.
Ah Ara jadi merindukan ibunya. Ia bahkan kini mulai rindu di omeli seperti bang Reno karena melakukan kenakalan. Bukankah bagus kalau Ara bisa benar benar ada di antara mereka, sebagai putri satu-satunya di keluarga mereka. Bukan sebagai putri ayahnya yang tinggal sendirian jauh dari mereka.
"Ayah, Ara boleh gak tinggal bareng ayah?"
Suara mama tak lagi terdengar saat pertanyaan Ara selesai di ucapkan, bahkan bang Reno sudah melebarkan matanya dan menatap Ara dengan serius. Begitupun dengan ayah yang menoleh dan seolah bertanya kalau apa yang ia dengar itu tidaklah salah.
"Kamu mau apa nak?" Tanya Hendra dengan tatapan seolah masih tidak percaya.
Ara tersenyum tipis sambil membalas tatapan ayahnya. "Tinggal bareng ayah." Ujarnya, lalu mata coklat terangnya bergulir menatap wanita yang sudah berhasil menumbuhkan kembali cinta di hati ayah tercinta nya. "Tinggal sama mama, dan bang Reno. Boleh kan yah?"
Masih dengan ekspresi terkejut tak percaya, Hendra terus memperhatikan putri nya yang terlihat berbeda kali ini. Apa yang terjadi? "Kamu serius?"
"Gak boleh ya?" Seru Ara miris.
Buru buru mama Reno bangkit dari posisinya dan menghampiri Ara. "Boleh sayang. Ya ampun kenapa kamu bisa mikir begitu, rumah ayah selalu terbuka buat kamu." Ujar mama dengan suara yang terdengar riang, ia mengelusi pucuk kepala Ara lembut.
"Makasih ma." Ara mendekatkan diri untuk memeluk sang mama yang berdiri di sampingnya. Perasaan hangat yang dulu ia dapatkan bahkan sudah ia rindukan, kini terasa begitu menyenangkan. Dipeluk oleh wanita yang ia sebut mama.
"Kenapa kamu berubah pikiran nak? Apa yang terjadi?" Tanya Hendra mengakhiri sesi hangat antara ibu dan anak yang sedang bermesraan itu.
"Gak ada, Ara cuma pengen aja." Jawab Ara masih dengan menyandarkan kepalanya di perut sang mama dan kedua tangannya melingkar tak mau lepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...