Berada satu ruangan dengan manusia yang mudah sekali berubah sikapnya cukup membuat Ara ngeri. Sudah 10 menit Ara hanya duduk terdiam di ujung ranjang. Menjaga jarak dari Daniel yang sedang menyandarkan punggungnya di kepala ranjang dan bermain game di ponselnya. Lagi.
Kejadian itu benar benar membuat Ara kaget dan canggung. Ancaman Daniel sudah cukup membuat Ara jadi takut sungguhan. Harusnya Ara memang tidak mengatakan hal itu. Ara benar benar mengutuk dirinya sendiri.
Daniel menguap. Lalu melirik pada Ara yang masih diam tenggelam dalam pikirannya. Daniel mengingat kembali kelakuannya 20 menit yang lalu. Ia senang bisa menggangu gadis bodoh ini.
"Hei."
Suara Daniel menyadarkan Ara. Menatap takut takut pada Daniel yang menatapnya. Ara segera menunduk, disisi hatinya ia benar benar ingin memaki lelaki itu. Tapi ancamannya bisa saja jadi kenyataan. Dan Ara tidak tau apa yang akan terjadi jika dia benar melakukan hal lebih dari tadi. Mungkin seperti....
"Lihat lo bisu sekarang." Sindir Daniel. Dia menaruh lengan kirinya di belakang kepala dengan masih bersandar di kepala ranjang. Menatap lurus kearah Ara.
"A..aku gak tau harus ngomong apa." Lirih Ara sambil menunduk. Jujur saja Ara ingin lari dari sini.
"Harusnya banyak yang lo omongin sekarang. Maki gue salah satunya."
Tentu aku pengen maki sebanyak mungkin. Sangat ingin malah.
Ara diam saja. Sebenarnya sejak tadi Ara terus mengumpati lelaki itu di dalam hati. Hanya saja untuk di ucapkan, Ara cukup segan rasanya.
"Lo gak mengantuk apa. Ini udah jam 11 malem." Ara melirik jam dinding di kamarnya. Benar. Jam 11 tepat. Ara harus tidur, dia juga mulai mengantuk tapi kecemasan nya meningkat karena ada Daniel membuat kantuknya sirna. Apalagi dengan kelakuannya yang keterlaluan. Mana bisa ia memejamkan mata jika sudah begini.
"Ya udah gue aja yang tidur." Ujar Daniel santai kemudian membaringkan tubuhnya di ranjang Ara dan menarik selimut. Memejamkan mata dengan lengan kiri menutupi matanya.
Ara cengo melihatnya. Daniel. Lelaki itu tidur seenaknya di ranjang miliknya. Bahkan setelah apa yang terjadi. Apa dia tidak merasa bersalah atau terbebani? Dia memang sudah gila.
Tidak mau merecoki Daniel dan berujung sial, Ara berjalan ke luar kamar. Mengambil sebuah tikar di dekat kamar ayahnya. Lalu kembali ke kamar. Ara sebenarnya bisa saja tidur di kamar ayahnya, tapi ia merasa lancang jika melakukannya. Lagipula kamar itu sudah lama tidak di huni, pasti banyak debu dan kurang nyaman untuk di tempati.
Menggelar tikar yang baru ia bawa dan terduduk di sana. Tubuhnya bisa pegal jika tidur di sini. Belum lagi udara dingin. Ah Ara merasa sial sekali hari ini.
"Mau ngapain lo?" Ara tersentak mendengar suara di dekat telinganya. Ara menoleh dan melihat Daniel sedang menatap dan mengangkat alis menuntut jawaban.
"Tidur." Jawab Ara sederhana.
"Di sana? Di lantai?" Ara mengangguk.
Daniel memutar bola matanya. Dengan setengah berbaring Daniel tampak terus menatap Ara yang terduduk di lantai berlapis tikar di dekat ranjang.
"Bangun!" Ara langsung melakukannya mendengar perintah itu. Daniel pasti tidak suka di bantah.
"Dasar gadis bodoh. Lo punya kasur sendiri tapi milih tidur di lantai. Tidur sini." Daniel menepuk sisi ranjang itu yang kosong.
Ara memerjapkan matanya tidak paham. Tidur di ranjang. Bukannya Daniel yang akan tidur di sana.
"Ta..tapi kamu mau tidur di sana kan?"
"Iya. Terus?"
"Gimana aku tidur di sana kalo kamu di sana juga?"
"Dasar bodoh. Ya tinggal tidur aja apa susahnya. Lagian kasur ini cukup kok buat satu orang lagi. Sini."
Ara masih mencerna apa yang ia dengar. Ara sudah mengantuk tapi ia masih tidak paham maksudnya.
Kesal dengan reaksi gadis didepannya, Daniel menarik tangan Ara cukup kuat sampai gadis itu terhanyung jatuh dalam pelukan Daniel.
Mata Ara bertemu dengan mata tajam Daniel. Sesaat ia terpesona dengan mata kelam Daniel yang jernih. Benar benar membuatnya ingin tenggelam di sana.
Ara tersadar saat kedua tangan Daniel melingkar di pinggangnya. Mendekap Ara kencang.
"Ini maksud gue." Ujarnya lalu memejamkan mata.
Usaha Ara untuk keluar dari dekapan Daniel ternyata sia sia. Saat lelaki itu dengan tegas memperingati Ara.
"Lo ganggu tidur gue. Diam atau gue bikin lo gak tidur malam ini."
Akhirnya Ara menyerah. Menaruh kepalanya yang sejak tadi menegak menjauh dari Daniel. Pegal ternyata. Alhasil kepalanya berada di atas dada Daniel.
Dadanya bergerak teratur, dan Ara bisa dengan jelas mendengar detak jantung lelaki ini. Cukup cepat. Apa itu normal?
Merasa tidak nyaman dengan posisi ini, Ara mencoba bergerak mencari posisi nyamannya untuk tidur. Ternyata itu mengganggu Daniel yang sudah mulai tertidur.
"Maaf." Cicit Ara menyadari Daniel menatap tajam padanya.
"Um, Daniel." Lelaki itu kembali membuka matanya meski terlihat jengah. Ara mengulum bibirnya gugup.
"Katakan!"
"Bisa ubah posisi gak, maksudku..."
"Apa lo mau di bawah gue hm?" Senyum itu muncul lagi. Ara tau kalau arah bicara Daniel mengarah pada hal lain.
"Bukan, maksudku em pinggangku mulai pegal. Dan aku gak nyaman begini. Bisa tidur nyamping aja gak."
Ara harap harap cemas dengan reaksi Daniel. Ara benar benar berharap lelaki ini tidak salah sangka atau mungkin jadi murka karena permintaannya. Tapi sungguh ini menyiksa Ara. Pinggang nya benar benar pegal. Belum lagi tangan Daniel melingkar di sana membuatnya merasa tidak nyaman sama sekali.
Ternyata Daniel menurut. Bergeser dan mengubah posisi tidurnya menjadi menyamping ke arah kiri. Mungkin karena luka di lengan kanannya masih belum sepenuhnya sembuh.
Ara kira dia akan melepas dekapan nya, nyatanya tidak. Dengan posisi ini malah Ara merasa Daniel lebih leluasa memeluk nya. Ingin protes lagi tapi melihat wajah tenang Daniel di depannya membuat Ara segan.
Tubuhnya juga lelah menjalani harinya. Ditambah dengan menghadapi sikap dan kelakuan lelaki yang bahkan baru ia temui 2 kali termasuk hari ini yang kelewatan membuatnya merasa pusing dan benar benar melelahkan.
Ara memposisikan kepalanya senyaman mungkin dengan bantalan tangan Daniel. Daniel tiba tiba mengeratkan pelukannya, semakin merapatkan tubuhnya pada tubuh kecil Ara dalam pelukannya. Ara Mencoba tertidur dan membiasakan diri dengan keberadaan lelaki di sisinya. Berharap besok pagi ia tidak melihat wajah menyebalkan dari lelaki otoriter ini.
Dan memilih menyusul Daniel ke alam mimpi.
Selamat tidur.
-------------------
Hallo lagi...
Adegan plus plusnya di tunda dulu. Ara nya masih di bawah umur. Oke, see you next part everyone.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...