72

1.4K 180 9
                                    

Dengan ogah ogahan Jerome berjalan dengan kedua tangannya di ikat, ia berontak setiap kali Farrel yang menyeretnya paksa keluar dari tempat persembunyiannya untuk menemui Daniel. Ah benar, ia juga ingin menemui lelaki sialan itu.

Ia memasang wajah menyebalkan di mata Daniel yang sejak tadi sudah ada di dalam ruangan khusus dalam mansion ini sesuai dengan informasi dari Farrel. Ruangan besar yang bahkan bisa meredam suara tembakan sekalipun. Lelaki itu duduk di kursi besar milik Jerome dengan wajah mengejek seolah tengah menunjukan kalau saat ini Daniel lah yang berkuasa di sini.

Jerome menggeretak giginya murka dengan itu, tidak pernah ada yang bisa mengejeknya seperti itu bahkan ayahnya sendiri. Ia bahkan yang membunuh James, ayahnya sendiri dengan kedua tangannya setelah dia memerintahkan anak buahnya untuk membunuh gadis kecintaannya. Tidak akan pernah ia biarkan siapapun mengambil apapun yang ia inginkan, tidak ada siapapun yang bisa mencegahnya untuk melakukan apapun yang ingin ia lakukan.

"Lo udah kalah." Suara Daniel terdengar di ruangan itu, menyambut kedatangan Jerome dan Farrel di sana. Jerome berdecik keras membalas kalimat itu.

Farrel menendang belakang lutut Jerome sebagai imbalan atas sikapnya yang masih saja angkuh meskipun sudah kalah, sampai lelaki itu berlutut di hadapan Daniel yang tadi sudah berjalan mendekati keduanya di tengah ruangan dan menggeram kesal.

"Ada pesan terakhir?" Tanya Daniel saat mengarahkan sebuah pistol tepat di depan dahi Jerome. Rasanya ia ingin segera menarik pelatuk nya dan membiarkan timah panas itu menembus kepala busuknya.

Jerome menatap lurus tepat di manik mata Daniel dengan tajam menantang lelaki itu. Senyum miring mengembang begitu saja setelah beberapa saat adu sengit dengan Daniel. "Ara."

"Gue liat dia, bercinta dengan orang lain." Sontak saja hal itu memancing emosi Daniel yang tidak terima dengan kebohongan seperti itu. Daniel langsung mengerahkan kepalan tangannya pada wajah Jerome dengan sangat keras sampai membuat lelaki itu terjatuh dari posisinya.

Kedua bahu Daniel naik turun, dengan kedua mata yang menyorot tajam ke arah Jerome yang meringkuk di lantai dengan di tulang pipinya mengeluarkan darah segar.

Tapi alih alih meringis, lelaki itu malah tertawa kencang merasa senang. Ia bersusah payah bangkit untuk duduk dan kembali menantang Daniel dengan tersenyum melihat wajah lelaki itu sepenuhnya murka. "Lo bisa buang dia, kayak yang lo lakuin ke Yuna dulu."

"Yuna mati karna lo! Karna lo! Yang udah buang dia cuma karna cerita belaka. Gimana bisa lo jijik sama orang yang lo cintai cuma karna dia bekas orang lain! Lo gak pantes buat Yuna! LO! BAJINGAN SIALAN YANG UDAH REBUT YUNA DARI GUE!"

Bentakan Jerome akhirnya di hadiahi bogeman yang lebih keras dari sebelumnya oleh Daniel, lelaki itu kini meraih baju yang Jerome kenakan membuat lelaki itu berdiri dengan posisi tidak sempurna. Daniel melotot tajam murka, sepenuhnya murka dengan apa yang di katakan Jerome perihal Yuna. "Lo gak tau apa apa." Geram lelaki itu.

Singgungan senyum miring Jerome tunjukan menanggapi, meskipun bibirnya mengeluarkan darah, tidak menyurutkan keinginan nya untuk terus memancing emosi Daniel. "Lo bahkan gak dateng ke pemakaman Yuna."

"Kenapa? Lo jijik liat mayat Yuna? Lo gak mau liat pacar pelayan bar lo yang udah di tidurin orang lain sebelum dia di kubur? Bukannya umum kalo pelayan bar ngerangkap jadi pelacur? Lo gak terima fakta itu? Pacar lo itu pelacur!"

"SIALAN!" Langsung saja, Daniel menghempaskan tubuh Jerome dan dengan mata kelamnya yang sudah menggelap sempurna karena amarah, ia menodongkan pistol yang ia simpan dan langsung menembak dada kiri Jerome.

Bunyi nyaring dari pistol yang di tembakan Daniel mengagetkan Farrel yang sejak tadi hanya menonton, tampak terlihat tidak menyangka kalau Daniel akan langsung menembak Jerome begitu saja.

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang