Satu kata yang saat ini menggambarkan perasaan Ara. Takut. Tidak, sangat takut malah. Ara benar benar takut apa yang di katakan orang tadi menjadi kenyataan. Bagaimana jika ucapan orang itu benar benar dia lakukan? Bagaimana dengan Ara nantinya?
Untuk saat ini, doa Ara dikabulkan oleh Tuhan, karena lelaki itu sudah pergi dan ucapannya tadi tidak dia lakukan. Untuk saat ini memang, tapi entah berapa lama lagi waktu yang Ara punya untuk melarikan diri dari situasi menakutkan ini.
Sesaat Ara merasa sangat beruntung karena di momen yang tepat seorang bawahan orang itu datang dan memberi informasi yang membuat lelaki itu pergi meninggalkan Ara dan tidak melakukan hal keji itu padanya.
Tapi semua perkataan lelaki itu sebelum meninggalkan nya benar benar mengganggu pikirannya.
"Tapi tidak sekarang." Ujar lelaki itu dengan senyum miring berbanding terbalik dengan bibir Ara yang bergetar ketakutan.
Kaki jenjang lelaki itu bergerak semakin mendekat pada Ara yang mencoba beringsut menjauh meskipun Ara sadar itu tidak mungkin. Tangan kanannya yang tadi mencengkeram bahunya beralih meraih dagu Ara dan membuat gadis itu terpaksa mendongak agar beradu tatap dengannya. "Daniel harus melihatnya sendiri, kalau gadis yang sangat mempercayai nya sudah jadi milikku. Gadis yang sangat dia cintai, bercinta dengan orang lain."
Kedua sudut bibir lelaki itu terangkat kala melihat sorot mata penuh ketakutan di mata Ara. Tapi beberapa detik kemudian kedua mata lelaki itu berubah sinis, dan ia menghempaskan cengkraman nya di wajah Ara dengan kasar. Nafas Ara terdengar tersengal panik di ruangan sepi itu.
"Pikirkan dari sekarang, kamu akan memilih menyakiti Daniel dengan membuatnya melihat aku memilikimu, atau dia akan melihat mayat orang yang dia cintai, lagi." Lelaki itu berbalik berniat pergi tapi beberapa langkah setelah nya ia berhenti lalu menoleh. "Jangan buat aku memilih menyakitimu Ara. Aku tidak mau melakukan itu."
Ara langsung beringsut jatuh dan bersimpuh di lantai lemas, ia masih diam di tempatnya saat suara pintu terkunci, menyisakan Ara di dalam sana yang sedang memikirkan banyak hal.
Saat ini Ara memang masih baik baik saja. Tapi apa yang akan terjadi jika orang itu kembali nanti? Apa ucapannya benar benar akan jadi kenyataan? Ara takut.
Di lantai yang mengkilap dalam ruangan yang nyaris gelap itu, Ara terduduk simpuh dengan mata yang memandang kosong ke arah pintu yang terkunci di hadapannya. Bahkan untuk menangis pun rasanya Ara tidak cukup kuat karena takut, terlalu takut. Sedikit rasa di hatinya merasa menyesal karena dengan nekat datang kemari dan berujung hal konyol seperti ini. Niatnya ingin menyelamatkan Bian, malah dirinya yang butuh pertolongan saat ini.
Kepalanya juga terpikir banyak hal, seperti salah satunya soal Kai yang mungkin tidak baik baik saja di sana. Atau mungkin Bian yang entah ada di ruangan mana, dan apa yang mereka lakukan padanya? Tentang Daniel yang entah ada di mana? Perihal dirinya yang seperti orang bodoh terkurung di ruangan gelap dan terkunci seakan menunggu eksekusi. Tentang pilihan apa yang harus ia pilih, bukankah semuanya mengarah pada akhirnya ia harus meninggalkan Daniel? Menyakiti lelaki itu? Melukai dirinya sendiri? Atau mungkin ini akhir hidupnya?
Apa yang akan ayah rasakan jika tau putrinya ada dalam situasi seperti ini? Bagaimana dengan mama? Dia pasti sangat khawatir jika sampai tau. Dan Reno, abangnya itu pasti sedang uring uringan karena Ara tidak ada di rumah saat dia datang.
Setelah berperang dengan rasa menyesal, Ara mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan yang terlihat sangat hampa ini. Hanya ada sebuah kursi, dan lemari kaca besar yang kosong. Sebuah pintu dan jendela yang nyatanya tidak bisa ia gunakan sebagai jalan keluar untuk kabur. Jendela itu terlalu kecil untuk tubuhnya, jikapun di paksakan maka tubuhnya pasti akan jatuh ke tanah dengan keras. Karena bangunan ini tinggi, dan tempat ini berada di lantai dua. Sama saja dengan bunuh diri.
![](https://img.wattpad.com/cover/273555169-288-k983790.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...