Daniel dan Ara sudah selesai makan. Keduanya berdiri bersiap keluar dari kedai itu. Saat Daniel merogoh saku belakang nya mencoba meraih dompetnya, tapi Ara terlebih dulu menyodorkan selembar uang kertas ke arah penjual itu. Membayar makanan keduanya.
"Terima kasih." Ujar Ara lembut saat ibu penjual itu memberinya kembalian. Tak lupa ia tersenyum hangat.
"Kok lo yang bayarin?" Tanya Daniel saat sudah keluar dari kedai itu.
"Kenapa?" Tanya Ara balik. Ia berhenti berjalan sebentar dan mendongak melihat Daniel yang tampak protes tadi.
"Ya, aneh aja dibayarin cewek." Jelas Daniel dengan suara pelan. Ara terkekeh karenanya.
"Kenapa? Kan aku yang ngajak kamu kesini. Lagian aku yang pesen tadi, berarti aku yang bayar."
"Tapi tetep aja, harusnya cowok yang bayarin kalo lagi jalan." Ara malah tertawa mendengar. Merasa bahwa Daniel menjadi menggemaskan setelah mengucapkan kalimat itu.
"Udah ayo, kita naik wahana yang ada." Ara hendak melangkah. Tapi kemudian menengok ke arah belakang tapi lelaki itu terdiam saja.
"Terus lo yang bakal bayarin juga." Menatap lurus pada Ara. "Emang lo punya duit?"
Ara menipiskan bibirnya. "Em ada, cukup kayaknya. Kalo kita gak boros." Kemudian tertawa ringan.
Daniel menghela nafas setelah melihat senyuman canggung di wajah Ara. Kemudian berjalan mendahului gadis itu.
"Ayo."
Ara lantas berlarian kecil mengejar Daniel. Kemudian menunjukkan banyak hal yang menarik di tempat itu. Masih seperti biasanya saat ia sering kesini.
Langit sudah mulai tidak biru lagi, warna oren kemerahan mulai mendominasi. Dan suasana di sana mulai ramai saja.
Wahana pertama yang menjadi sasaran Ara adalah sebuah komedi putar. Ia menarik Daniel ke sana. Setelah membeli tiket keduanya langsung naik. Meskipun sebelumnya Ara dan Daniel terlibat perdebatan kecil tentang siapa yang membayar tiketnya. Sampai sampai penjaga loket tertawa gemas karena tingkah keduanya. Juga beberapa pengunjung yang langsung melirik heran ke arah keduanya yang adu omong. Biasa pasangan muda. Begitu pendapat mereka.
Dan akhirnya perdebatan di menangkan oleh Daniel. Lelaki itu terus saja bilang kalau dia yang harus bayar. Malu jika harus Ara yang membayarnya. Padahal Ara tidak masalah, siapa yang membayar. Daniel cuma membesar besarkan sesuatu.
Saat menaiki komedi putar, sesekali Ara menengok ke belakang ke arah Daniel sambil tersenyum. Melihatnya, Daniel tanpa sengaja ikut tersenyum juga.
Secara berangsur ia mulai melupakan tentang kecemasan nya. Bahkan perasaan sedih karena hari ini adalah peringatan hari kematian mamanya. Daniel merasa nyaman dengan kehadiran Ara yang membantu mengusir perasaan itu.
Setiap senyuman dari Ara perlahan menutupi setiap celah di hatinya yang hampa. Jika di ingat mungkin ini kali pertamanya berada di taman bermain bersama seorang perempuan.
Daniel sadar bahwa, Ara mengubah dirinya. Secara pasti membawanya sedikit demi sedikit pada perubahan. Bahkan kini ia sudah mulai banyak bicara dan tersenyum pada hal yang tidak terlalu berarti. Tapi Daniel menyukai perubahan itu. Karena Ara.
****
"Wah, pemandangan dari atas sana bagus banget ternyata." Ujar Ara dengan bahagia setelah turun dari wahana bianglala. Wahana yang wajib di naiki saat ke pasar malam.
Daniel yang berjalan di sebelah nya tersenyum singkat. Memang, suasana malam tampak menyenangkan dilihat dari atas. Dengan sinar dari lampu lampu dan bahkan beberapa bintang yang bersinar di malam yang cerah. Sayangnya malam ini tidak ada bulan yang tampak.
"Daniel. Beli es krim yuk." Tunjuk Ara pada kedai es krim di depannya dengan mata berbinar.
Setelah mendapat anggukan dari Daniel, Ara langsung berlarian ke sana sampai membuat Daniel menggeleng gemas. Dia memesan 2 eskrim untuknya dan Ara. Gadis itu tersenyum sangat lebar saat menerima eskrim itu dari Daniel.
Keduanya sedang duduk santai sambil memperhatikan aktivitas di pasar malam yang sudah mulai sangat ramai. Ara yang fokus pada es krim dan suasana malam, dan Daniel yang fokus pada perasaannya saat ini.
"Ara." Panggil Daniel.
"Iya?" Ara melirik kaget dengan panggilan Daniel.
"Lo bener ternyata." Ujarnya tiba tiba yang membuat Ara terheran.
"Bener apanya?"
"Mood gue udah baik sekarang."
Ara langsung tersenyum senang. "Tuh kan, emang gak ada yang gak bakal seneng kalo ke tempat ini." Ara benar benar merasa lebih baik. Berhasil membuat Daniel melupakan kesedihannya terasa melegakan.
"Makasih."
Ara malah tertawa mendengarnya. Sampai sampai membuat Daniel melempar tatapan heran padanya.
"Kenapa lo?"
"Gak papa, cuma ini kali kedua kamu bilang makasih ke aku hari ini. Lucu aja gitu. Orang kaya kamu bisa bilang makasih juga ternyata."
Daniel berdecak tidak terima. "Gak jadi makasih nya kalo gitu."
Lantas membuat Ara semakin tertawa, bahkan sampai ia merasa perutnya sakit. "Gak gitu juga."
Ara menoleh dan tanpa sengaja matanya beradu tatap dengan Daniel yang sedang melihatnya.
Sontak membuat Ara langsung mengalihkan pandangannya. Merasa aneh dengan tatapan Daniel. Tanpa terkendali, jantung Ara mulai berdetak kencang. Bahkan ia mulai gugup dengan kehadiran Daniel. Oh ayolah.
Samar senyum Daniel mengembang. Matanya masih terpaku pada sosok gadis di depannya. Bagaimana wajah gugup itu terlihat lucu dimatanya. Daniel bergeser sedikit mendekat. Sampai akhirnya dia mengunci tatapan dengan Ara.
Gadis itu terdiam seketika, sudah dia bilang bahwa mata kelam Daniel selalu mengundang nya untuk tenggelam. Dan Ara sedang melakukan nya sekarang.
Ia sampai tidak menyadari bahwa jaraknya dengan Daniel semakin menipis. Ara baru tersentak kaget dan sadar saat Daniel menghapus jarak itu. Ara memerjap beberapa kali berusaha mencerna yang terjadi. Daniel menciumnya. Lagi.
Ara sempat berfikir untuk menjauh tapi tubuhnya membeku. Akhirnya ia memilih menutup matanya. Terbuai dengan perlakuan Daniel. Secara tak sadar, Ara memiringkan kepalanya menyesuaikan diri. Bahkan es krim di tangannya jatuh begitu saja.
Daniel melakukannya dengan lembut, membuat Ara lupa diri. Mengabaikan dimana mereka berada. Tidak peduli dengan pendapat orang atau bahkan mungkin orang lain akan menyaksikan hal ini. Keduanya terlalu terlena.
Tak berselang lama, Daniel menjauhkan diri melepaskan ciuman itu. Wajahnya hanya berjarak beberapa cm saja dari wajah Ara. Beradu tatap dengan Ara yang terlihat begitu cantik meskipun gelap. Matanya begitu bersinar. Kemudian senyum berseri di wajah Daniel.
"Rasa coklat." Celetuknya. Kemudian kembali pada posisi awalnya. Memandang suasana malam yang ramai. Lalu membuang sembarangan es krim rasa mint miliknya.
2 kata yang membuat Ara bersemu malu. Kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangan, dengan senyuman di baliknya.
Itukan rasa es krim yang ku makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...