Rahasia Farrel

10.5K 912 50
                                    

Tepat saat bulan bersinar paling terang dalam bulan ini, seseorang yang sedang duduk di dalam mobil hitam terus memperhatikan transaksi di depannya. Pria tambun yang sudah ia incar sejak purnama yang lalu. Manusia bodoh itu kira dengan menyamar menjadi supir taksi bisa mengelabuinya. Dia salah besar. Seorang D. Barack tidak se ceroboh itu.

Dengan satu isyarat singkat, ia memberi perintah untuk bergerak pada kaki tangannya. 5 orang berpakaian serba hitam bergerak mendekati gudang sumpek itu dengan perlahan. Berusaha keras tidak menimbulkan suara yang mencurigakan.

D. Barack tersenyum di tempatnya, melihat bagaimana anak buahnya membabat habis pembeli haram pria tambun itu, lalu menyimpan mayatnya kedalam mobil box dan membawanya pergi dari sana.

Tak lama, isyarat lain ia terima. Dengan anggukan sekali dan tatapan yang angkuh, ia meraih topeng kebanggaan dan mengenakannya. Menyembunyikan wajahnya. Wajah berharganya hanya boleh dilihat oleh orang yang akan jadi korbannya hari ini.

Dengan gagah ia keluar dari mobilnya di ikuti seorang pemuda. Melangkah dengan pasti ke dalam gudang sumpek itu. Di dalam ia bisa melihat pria tambun incarannya sudah berlutut dengan di jagal dua anak buahnya.

"Senang bisa bertemu dengan mu Tuan Feri. Ku dengar bisnismu berkembang pesat bulan ini." Ujar nya setelah berdiri di hadapan si pria tambun yang sudah berlutut dengan wajahnya yang babak belur.

Ia berjongkok untuk menyetarakan tinggi badannya dengan pria itu. "Apa kau bisa memberiku saran atas kesuksesan mu?"

"Aku tidak terlibat. Jadi lepaskan aku!" Ujar Feri dengan nada tinggi. Ia tidak terima di sergap dan diperlakukan hina seperti ini padahal ia tidak melakukan apapun.

D. Barack bertopeng memasang senyum yang tentu tidak di lihat siapapun. "Oh benarkah?" Tanya nya berpura pura kaget. "Bukankah kau yang memasok senjata untuk mereka. Apa itu artinya tidak terlibat?"

"Aku hanya menjual senjata saja. Lepaskan aku! Aku tidak bersalah!"

Bugh

Satu pukulan keras menghantam kepala Feri tanpa di duga. Lelaki itu terbaring di tanah dengan rasa sakit yang luar biasa mendera kepalanya. Kedua anak buah D. Barack mundur membiarkan bosnya melakukan kesukaannya.

"Oh maafkan aku. Aku tidak membawa tongkat baseball ku. Jadi kau mungkin akan mati lebih lama."

Ia mendekati Feri yang masih terkapar di tanah. "Harusnya kau tau akibat berurusan dengan keluarga Barack, tuan Feri." Ujarnya halus tapi penuh penekanan. "Bukan keuntungan yang kau dapat. Tapi pemakaman yang menyedihkan."

D. Barack berdiri. Ia menginjak leher Feri dengan kuat. Membuat pria paruh baya itu meraih sepatu tajam miliknya mencoba menjauhkannya dari leher yang berlemak nya. Ia terbatuk batuk karena kehabisan nafas juga rasa sakit yang ia terima. Lain dengan D. Barack yang tersenyum bahagia.

Puas menginjak leher pria itu, ia kembali berjongkok dan memperhatikan lebih dekat kondisi Feri yang hampir tak sadarkan diri. "Aku akan memberimu sebuah kesempatan bagus. Apa kau mau?" Tanya D. Barack mencoba bernegosiasi.

Feri yang setengah sadar menatap mata D. Barack, mata yang begitu tenang tampak di balik topeng menyeramkan yang ia kenakan. Seakan orang itu tidaklah berbahaya, tapi adalah temannya yang akan menolong Feri dari kematian yang menyakitkan.

"Jika kau mau, duduk lah dulu. Apa kau mau segelas air?"

"Apa yang kau tawarkan?" Tanya Feri tak sabar. Ia sudah berada dalam posisi duduk di tanah dengan bersandar pada salah satu tangannya. Sedangkan tangannya yang lain memegangi lehernya yang tergores bahkan berdarah.

D. Barack tertawa. "Ah kau sangat tidak sabaran."

"Baiklah. Aku akan memberimu kesempatan mengajukan satu permintaan. Aku akan mengabulkan nya." Lanjutnya.

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang