33

10.7K 1.2K 22
                                    

Dengan gembira Daniel membuka pintu mobilnya dan berjalan menuju kelas. Meninggalkan kedua temannya yang lagi lagi heran dengan tingkah Daniel yang selalu aneh dan tiba tiba berubah. Baru kemarin ia frustasi dengan Saza yang masih menempel seperti permen karet, dan sekarang dia berjingkrak jingkrak seperti anak kecil mendapat lollipop. Berusaha tidak peduli, Farrel dan Terra berjalan bersama menyusul Daniel yang kelewat semangat pagi ini.

Tujuan Daniel kali ini bukan kelasnya, melainkan kelas Ara. Namun lengkungan senyum di wajah Daniel luntur saat melihat Ara sedang berbincang dengan seorang lelaki yang membelakangi nya. Ara tersenyum ramah ke arah orang itu. Daniel cemberut kecewa dan akhirnya berjalan pergi ke kantin saja. Daripada melihat Ara berinteraksi sehangat itu dengan orang lain. Atau darahnya bisa mendidih dan meledak, tidak baik jika ada perkelahian di pagi hari.

Sedangkan Ara yang sedang membalas senyuman dari seniornya, tidak menyadari kehadiran d Daniel di sana. Pagi ini Kai sudah berdiri di depan kelasnya, kemudian menyapa Ara.

"Kemarin gue kesini, tapi katanya lo izin sekolah. Ada masalah Ra?" Tanya Kai.

"Ah engga. Kemarin aku jagain ayah yang lagi sakit. Jadi izin sekolah deh." Jawab Ara.

"Ayah lo sakit? Parah ya?" Tanya Kai dengan khawatir.

"Udah gak papa kok. Ayah udah pulih, malah hari ini ayah berangkat kerja. Ayah aku kuat banget tau." Jawab Ara dengan diiringi senyuman. Tentu Kai juga membalas senyuman itu.

"Syukur kalo gak papa." Ara langsung mengangguk setuju.

"Oh iya, kenapa kemarin kamu nyariin aku? Ada perlu apa?" Tanya Ara.

"Bukan apa apa. Cuma mau nyapa aja, soalnya udah lama gak ketemu kan."

"Hm. Oke." Jawab Ara singkat. "Kai kayaknya bel masuk mau bunyi deh."

"Oh ya? Gak kerasa. Kalo gitu gue pamit ya." Ujar Kai dengan tersenyum. Lagi, Kai mengusap lembut rambut Ara. Yang membuat Ara tertegun dan tidak bisa menguasai dirinya sendiri.

"Dah Ra." Ujar Kai sambil melambaikan tangan.

Ara yang sedang blank, gelagapan membalas Kai. Ia juga melambaikan tangan ke arah seniornya itu dan tersenyum, sambil berjalan mundur. Setelah Kai menjauh Ara segera masuk ke kelas. Di tempatnya, Riska menatap tajam ke arah Ara yang baru masuk.

"Ada hubungan apa lo sama Kai?" Tanya Riska langsung penuh selidik setelah Ara duduk di kursinya.

"Gak ada hubungan apa apa." Jawab Ara singkat. Memang tidak ada apa apa antara dia dan Kai.

"Bohong. Gak mungkin gak ada apa apa, tapi kemarin dia nyariin lo. Bahkan dari pagi dia nungguin lo di sana. Pasti ada yang gak lo ceritain ke gue kan?" Curiga Riska mencoba mengulik informasi.

Ara terkekeh. "Beneran gak ada apa apa Ris. Gak percaya an banget sih."

"Atau maksud nya belom ada apa apa gitu ya?" Tanya Riska dengan intens. Kemudian ia menggebrak meja. Sontak membuat Ara kaget bahkan beberapa teman kelasnya juga. "Iya kan? Dia suka sama lo Ra. Udah gue duga. Apa gue bilang, dia itu tertarik sama lo, gak percaya lo sama gue." Ujar Riska menggebu-gebu.

Ara bergedig mendengarnya. Tidak mungkin seniornya itu menyukai Ara. Tidak. Atau akan jadi bencana. Baik untuk Ara atau untuk Kai sendiri. Tidak boleh. "Kai gak boleh suka sama aku."

Riska menautkan alis. "Kenapa?"

"Gak boleh pokoknya." Atau Daniel bisa mengamuk.

****

Ara dan Riska sedang bercanda di kantin yang lumayan sepi. Kelas olahraga berakhir cepat dan keduanya memilih pergi ke kantin untuk sarapan. Riska terus saja mengatakan tentang Kai yang memiliki perasaan pada Ara. Dan Ara yang terus mengelak dan mengelak.

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang