Daniel membuka satu persatu pintu ruangan yang tidak terkunci dengan sangat tidak sabaran. Dibantu oleh beberapa bawahannya yang ikut bergerak membuka ruangan yang ada, mereka tidak menemukan apapun. Takut ada jebakan yang tidak terduga, Daniel menekan alat komunikasi di telinganya mencoba menghubungi seseorang.
"Terra bawa setengah tim, masuk. Situasinya mencurigakan, geledah tempat ini, singkirin orang orang yang bertindak sendiri. Dan jangan biarin siapapun keluar dari sini." Ujarnya pada benda kecil yang terselip di telinganya. Setelah mendapat jawaban singkat dari Terra di sana, Daniel kembali mengedarkan pandangan pada sekeliling mencari kemungkinan petunjuk yang mengarahkan dirinya pada keberadaan Ara. Ia tidak peduli dengan Park sialan atau siapapun musuhnya di sini, yang terpenting adalah Ara. Daniel harus menemukan Ara segera, bagaimanapun caranya. Apapun resikonya.
Tak lama matanya menangkap pergerakan mencurigakan dari arah sisi belakang mansion ini. Ia memasang sikap siaga dan menajamkan matanya melihat siapa yang bergerak dari sana. Seorang pemuda dengan wajah yang penuh waspada berjalan bersama seorang pemuda lainnya keluar dari sebuah ruangan di sana pergi ke arah belakang.
Daniel memberi isyarat jari pada beberapa bawahan yang ikut dengannya menunjuk pada dua orang yang sedang berusaha kabur dari jalur belakang itu. Mengerti dengan maksud bosnya, mereka bergerak cepat tapi sangat berhati hati pergi sesuai dengan perintah pimpinan nya.
"Terra arah belakang." Kata Daniel pada sambungan komunikasi radio itu pada Terra. Sedangkan langkah kaki Daniel diayunkan menuju ruangan yang tadi di tinggalkan oleh dua orang itu dengan dua orang bawahannya.
Sesampainya di sana, Daniel segera meraih handle pintu dan mendorongnya. Pintu ini terkunci, itu artinya tebakan Daniel benar. Ada hal yang disembunyikan di dalam sana.
Ia langsung menendang pintu itu keras keras mencoba membukanya. Kedua bawahan nya juga berusaha membantu pimpinan mereka membuka pintu itu, dengan mendobrak dan menendang handle pintu sampai jebol.
Akhirnya pintu itu terbuka, Daniel langsung menyeruak masuk ke dalam dengan tergesa. Sedangkan kedua orang tadi berjaga di depan pintu menjaga atasan mereka di dalam sana kalau kalau ada musuh yang tiba tiba datang.
Dan benar saja, Daniel menemukan Ara yang sedang bergerak lemah mencoba untuk bangun di tempatnya. Mata keduanya beradu, Daniel terhenti di dekat pintu melihat Ara di sana. Satu kekhawatiran nya luruh karena melihat gadisnya ada di sini. Tapi semua itu berganti dengan rasa bersalah melihat kondisi Ara yang jauh dari kata baik baik saja.
Kau gagal Daniel!
****
Daniel berjalan lambat lambat karena kekecewaan yang memenuhi hatinya.
Ia duduk di pinggir ranjang yang di tempati Ara dengan netra kelam nya terpaku pada atensi gadis itu. Ia bergerak untuk melepaskan ikatan di tangan Ara dengan mata yang hanya terfokus untuk menatap nya, kemudian membantu gadis itu untuk bangun dari posisi yang terlentang.
Sesaat, ia pandangi seluruh tubuh Ara yang sangat kacau. Ya tuhan!
Menyadari kalau Daniel sedang meneliti dirinya, Ara bergerak menutupi lehernya takut Daniel melihat tanda menjijikan yang ia rasa ada di bagian sana. Ia juga menggigit bibir rapat rapat menyembunyikan bibirnya yang terluka sambil menatap takut takut pada Daniel dengan mata yang berkaca, Daniel bisa saja murka karena dirinya yang gagal menjaga dirinya sendiri. "Daniel, maaf aku.."
Melihat Ara yang seperti itu, membuat Daniel benar benar terluka. Ia lantas meraih tangan Ara yang berusaha menutupi lehernya dan membawa gadis itu dalam pelukannya. Sontak hal ini membuat Ara kembali menangis. "Maaf."
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...