04

44.9K 4.2K 82
                                    

Menggeliat seperti ulat, Ara terus menggerakkan tubuhnya bebas. Membuka matanya. Memerjap beberapa kali sampai ia menyadari bahwa disampingnya kosong. Apa ia hanya bermimpi tentang hal itu. Apa iya?

Ara benar benar berharap itu hanya mimpi. Sampai akhirnya indra penciumannya menemukan bau asing di bantalnya. Bau maskulin. Ara menghela nafas.

Itu bukan mimpi.

Ara benar benar kecewa. Jadi dia benar benar mengalami semua itu.

Ci..ciuman itu sungguhan?

Ara menggeleng kuat kuat. Mengenyahkan pikirannya yang mulai melayang ke mana mana. Daniel. Ciuman. Pelukan. Tidur bersama. Ini gila.

Jam dinding menunjukkan masih jam 6 pagi. Ara terduduk di ranjang mengumpulkan niatnya untuk beraktivitas lagi. Satu lagi hari beratnya akan dimulai.

Setelahnya Ara turun dari ranjang dan berjalan ke dapur untuk mengambil air. Betapa terkejutnya ia melihat punggung manusia lain di sana. Bergelut dengan alat dapur.

"Ka.. kamu masih disini?!" Ujar Ara yang masih kaget. Serangan panik mulai menghinggapi Ara. Dia harus siaga.

"Selamat pagi. Duduk dulu sarapan segera siap." Daniel tidak menoleh. Pandangannya terfokus pada nasi goreng yang sedang ia masak.

Ara terdiam di tempat masih syok. Ara kira lelaki itu sudah pergi dari rumahnya. Tapi dia malah disini. Di dapur. Sedang memasak. Untuknya. Rentetan kejadian gila apa ini?

Daniel berbalik dengan 2 piring nasi goreng di kedua tangannya. Tersenyum puas. Ia duduk di salah satu kursi yang mengelilingi meja makan kayu kecil di sana.

Daniel melirik pada Ara yang masih berdiri diam tak bergerak.

"Hei gadis bodoh. Ngapain lo diam di situ?"

"Ke...kenapa kamu masih disini?" Daniel menyuap nasi goreng buatannya. Melirik singkat pada Ara yang menatapnya penuh heran.

"Karena gue gak pulang."

"Kenapa kamu gak pulang?"

"Karena gue gak pengen pulang."

"Kenapa kamu gak pengen pulang?"

Daniel menghela nafas jengkel. Membanting sendok nya kesal. Tidak keras tapi menimbulkan suara yang cukup membuat Ara terlonjak kaget.

"Kenapa lo bawel banget sih! Diam sebelum gue benar benar marah. Duduk dan makan sarapan lo dengan tenang!"

Ara menurut. Suara Daniel yang tegas meskipun tidak keras membuat Ara bergedig ngeri. Lelaki ini menyeramkan.

Tenang. Keduanya makan dengan tenang. Tak bisa Ara pungkiri ia cukup lapar ternyata. Kemarin ia hanya makan sebungkus roti untuk makan malamnya. Hemat.

Ara terheran menyadari sesuatu. Ara sama sekali tidak memasak kemarin. Dari mana lelaki ini dapat nasi untuk nasi goreng ini. Ah Ara ingat bahwa beberapa hari lalu ia sempat berbelanja bahan makanan. Tapi lagi lagi Ara terheran akan sesuatu. Lelaki ini memasak semuanya. Sendirian. Sejak kapan?

****

Ara keluar dari kamar mandi dengan seragam lengkap melekat di tubuhnya. Rambutnya di ikat seadanya dengan beberapa anak rambut yang tampak keluar ikatan.

Ia berjalan menuju kamar untuk mengambil tas sekolahnya. Dan matanya kembali menangkap sosok manusia di ranjang miliknya. Lelaki yang semalam menggangunya dan pagi tadi juga begitu.

Mencoba tidak peduli dengan kehadirannya, Ara berjalan ke arah meja belajarnya. Mendikte satu persatu barang di tasnya, mencocokan buku yang ia bawa dengan jadwal hari ini kemudian membereskan buku di mejanya. Menggendong tasnya dan bersiap melangkah keluar.

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang