09

32.5K 3.2K 36
                                    

Riska menatap ngeri pada Ara yang senyum senyum sendiri sejak pagi saat ia datang ke sekolah. Bahkan saat pelajaran di mulai pun gadis itu masih tertawa dalam diamnya. Ara tidak kesurupan kan?

"Masih waras kan Ra?" Tanya Riska dengan penuh khawatir. Ara tidak biasanya seperti ini. Bahkan karena keanehan Ara mereka tidak pergi ke kantin seperti biasanya.

"Kenapa nanya gitu?" Tanya Ara balik. Pertanyaan apa itu.

"Dari pagi lo senyum senyum gak jelas, gue sampe takut sendiri loh."

"Gak ada apa apa." Jawab Ara. Dan lagi lagi ia tersenyum.

"Tuh kan senyum lagi. Lo gak bisa bohong loh Ra. Pasti ada yang terjadi. Iya kan?" Berteman dengan Ara sejak hari pertama masuk sekolah menengah atas membuat Riska setidaknya paham suasana hati gadis ini. Bahkan ia mengerti betul dengan gelagat apapun dari Ara. Tapi kelakuannya hari ini tidak pernah ia lihat sebelumnya.

"Serius gak ada." Jawab Ara kekeh. Karena memang tidak ada.

"Bohong. Jawab yang jujur Ara." Kekeh Riska juga. Bagaimana tidak ada apa apa jika dia bersikap aneh sejak pagi.

"Baiklah baiklah. Aku cuma inget kejadian kemarin malem. Ada salah satu pelanggan di minimarket yang salah gandeng. Niatnya mau gandeng pacarnya tapi malah bapak bapak yang lagi berdiri di sana. Ya ampun lucu banget."

Riska menatap Ara tak habis pikir. Kejadian seperti itu ia tertawa kan. Sejak kemarin bahkan sampai hari ini. Sepertinya memang Ara sudah tidak waras.

Riska memukul pelan bahu kawannya itu, lalu mendesah pasrah. "Lo ah, bikin khawatir saja. Gue kira lo gila tadi soalnya ketawa sendiri. Bahkan gue sempat yakin kalo lo kesurupan hantu penghuni kelas ini."

"Syukur deh kalo lo beneran gak gila. Tapi emang kejadiannya selucu itu sampe lo ketawain sampe hari ini?" Ara mengangguk saja.

Padahal sebenarnya yang Ara tertawa kan tentang hal kemarin bukan pelanggannya. Tapi lelaki yang sudah bisa ia sebut sebagai pacarnya.

Benar Daniel kemarin datang ke minimarket tempatnya bekerja untuk membeli susu pisang. Kebetulan sambil menjemputnya. Syukur nya lagi kemarin Mikaila tidak masuk kerja dan Ara bekerja sendirian jadi ia tidak khawatir diketahui oleh seniornya itu.

Kejadiannya sama. Niat hati Daniel ingin menggandeng Ara tapi ia malah menggandeng bapak bapak yang sedang berdiri di dekat Ara. Tatapan tajam dari bapak bapak itu benar benar membuat Daniel ciut. Bahkan ia sampai meminta maaf berkali kali.

Selama perjalanan pulang yang mereka tempuh selama setengah jam berjalan kaki, Ara terus menertawakan kejadian itu. Bahkan sampai Daniel kesal dan langsung pulang setelah mengantar Ara ke rumah.

Yang Ara tertawa kan adalah wajah pias Daniel, dan ekspresi kesal darinya. Ah sangat lucu dan menyenangkan. Dan kemarin adalah hari ketiga setelah tantangan Daniel hari itu.

Ah soal tantangan itu, Ara sendiri tidak paham kenapa Daniel melakukannya. Dan entah kenapa Ara menerimanya dengan mudah. Yang jelas Daniel sekarang pacarnya. Mengingat kata itu sungguh membuat Ara ingin tersenyum terus.

****

Kepala Ara hampir meledak rasanya. Soal yang sedang ditekuni malam ini begitu susah dan sulit ia pahami. Ia sudah mencoba mencari penyelesaian nya di buku tapi tidak ia temukan. Padahal besok sudah harus di kumpulkan. Dan masih ada beberapa soal yang belum ia kerjakan.

Ara mendesah keras frustasi. Kepalanya cenat cenut sakit. Ara menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi dan menutup matanya lelah. Ia hampir menangis. Entah bagaimana agar tugasnya selesai.

Ara berjingkrak kaget saat ada orang begitu tinggi berdiri di ambang pintu.

"Oh astaga!" Teriak Ara sambil memegangi dadanya kaget. Bahkan matanya membola tadi.

Pelakunya hanya nyengir tidak tau diri.

"Berhenti ngagetin Daniel. Aku bisa mati karena serangan jantung nanti." Oceh Ara. Benar benar tidak habis pikir pada lelaki ini. Ah Ara berfikir untuk memperbaiki saja pintu belakang agar Daniel tidak bisa sembarang masuk ke rumahnya.

"Lo berlebihan. Ngapain lo?" Tanya Daniel sambil melihat hamparan buku buku yang terbuka di meja belajar Ara. Berantakan.

"Lo berantakan banget." Ujar Daniel. Lalu ia mengusap rambut Ara yang berantakan sebab sejak tadi ia mengacak acak rambutnya karena frustasi.

Mendapat perlakuan itu, Ara hanya diam. Sentuhan Daniel membuatnya merasa terlindungi.

"Tugas lo susah?" Ara mengangguk polos. Bingung harus bereaksi apa, belum lagi perlakuan Daniel tadi membuat jantungnya berdebar. Iya soal seorang Daniel yang muncul tiba-tiba.

"Searching aja. Gampang."

"Bisa gitu?"

Daniel melangkah mendekat. Berdiri di samping kursi yang diduduki Ara. Sedang Ara hanya mendongak memperhatikan Daniel. Daniel tidak berantakan tapi tidak rapi juga penampilan nya malam ini tapi dia tampan. Hihi.

"Geser." Perintah Daniel.

"Apa?"

"Duduk."

"Dimana?"

Daniel memutar bola matanya. Gadis ini memang bodoh. "Pergi ambil tikar sana dan gelar di sini."

"Buat apa?"

"Kerjain aja jangan bawel."

Ara langsung melesat keluar kamar dan mengambil tikar yang ia simpan. Saat ia kembali ke kamar Daniel sedang duduk di kursi belajar nya dengan kepalanya tertunduk. Terlihat menggemaskan. Lalu Ara langsung menggelar tikar sesuai keinginan Daniel.

"Udah?" Tanya Daniel yang sudah menengok pada Ara. Ara mengangguk.

Daniel langsung membawa buku buku Ara dan menata rapi di tikar. Lalu duduk di sana sambil bersila.

"Sini!" Ujar Daniel sambil menepuk tempat di sampingnya. Ara menurut saja. Ia menggenggam sebuah pena dan mendekatkan buku tugasnya.

"Ini rumus soal yang susah di buku lo." Ujar Daniel sambil menyodorkan ponsel pintarnya pada Ara.

"Kamu punya rumusnya?" Tanya Ara polos.

"Di google banyak. Cepat kerjain."

Ara langsung mengerjakan tugas itu dengan bantuan rumus yang sudah Daniel cari. Dan betapa senang nya ia bisa mengerjakan setidaknya 3 dari 5 soal yang sulit itu. Bahkan ia sampai berjingkrak senang. Melihat itu Daniel yang sedang berbaring menyamping ke arah Ara terkekeh.

"Um Daniel."

"Iya sayang."

Ara mengalihkan wajahnya. Panggilan itu. Berhasil membuat jantungnya berdebar lagi. Melihat itu, Daniel tersenyum gemas.

"Ada apa?" Tanya Daniel. Kini ia sudah duduk di dekat Ara. Memperhatikan betapa merona nya wajah gadis itu.

"Itu.. em.." Ara gugup. Astaga.

"Haha lo gemesin banget. Pengen gue gigit rasanya."

Emangnya aku bakpao apa?

----------

Karena aku anak yang baik, aku mau double up hari ini. Yeey🎉

Have nice day guys

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang