Langit malam tampak begitu menyeramkan karena tak ada satupun bintang yang mau bersinar menghiasi nya hari ini, bahkan bulan yang biasanya bersinar merajai malam kini bersembunyi di balik kelamnya awan hitam seakan enggan menerangi orang orang yang sedang kehilangan arah. Salah satunya adalah gadis yang sedang lesu duduk di depan rumahnya.
Sambil menimang ponsel di tangannya, Ara terus memandang bingung pada satu kontak yang sejak sejam yang lalu tertera di layar. Daniel.
Sudah enam hari lelaki itu hilang kabar setelah hari di mana mereka memutuskan jalan jalan bersama. Daniel janji tidak akan pergi lagi tapi nyatanya dia meninggalkan Ara di pusat perbelanjaan karena hal penting. Katanya.
Meskipun sebenarnya Ara sangat kecewa karena Daniel memiliki hal penting, yang ternyata lebih penting darinya. Tapi bagaimana lagi.
Sudah enam hari juga ia terus mempertanyakan hal yang Kai katakan hari itu dan entah siapa yang bisa memberinya jawaban. Kenapa Kai meminta Ara menjauhi Daniel? Bagaimana Kai tau kalau Daniel dan Ara berhubungan. Ara juga kan merahasiakan hubungan ini dari siapapun, kecuali teman Daniel dan Riska.
Ia juga terpikirkan perihal Daniel yang menggunakan nama lain di sekolah. Seolah dia tidak mau siapapun tau tentang dirinya. Kenapa Farrel begitu kaget saat Ara tau nama asli Daniel. Nama asli? Memangnya kenapa kalau Ara tau nama asli Daniel, dan memangnya siapa Daniel harus menyamarkan namanya sendiri. Siapa 'mereka' yang Kai maksud? Apa hubungannya dengan Ara dan Daniel? Ada apa sebenarnya ini? Argh tolong siapapun katakan yang sebenarnya.
Ara menghela nafas panjang lelah, semua pertanyaan dalam benaknya begitu memberatkan dirinya. Tidak ada yang bisa ia lakukan selain menunggu. Seperti setiap harinya ia akan duduk di depan rumah berharap Daniel datang menggunakan motornya dan bertamu seperti saat itu. Atau mungkin datang tanpa ia ketahui dan dia sudah ada di pelukannya saat bangun tidur. Oh ayolah Ara ingin tau dimana Daniel saat ini.
Berhari hari lelaki itu tak membalas pesannya, menjawab panggilan darinya. Kemana Daniel? Apa dia baik baik saja? Dia tidak terluka lagi kan? Lagi lagi, Ara hanya mampu menghela nafas berharap kecemasan ini hilang.
Lama Ara duduk diam di teras rumahnya sambil melamun, rasanya hampa dan sepi. Padahal suasana seperti ini sudah biasa ia alami sebelumnya. Tapi rasanya kali ini sangat berbeda, ia kehilangan separuh dirinya yang entah menghilang ke mana.
Tapi kemudian, euforia Ara meningkat saat bunyi dering dari ponselnya terdengar. Ia dengan cepat mengangkat panggilan itu tanpa melihat siapa penelpon nya, dengan senyuman yang melengkung sempurna tentu saja.
"Halo." Ujarnya dengan penuh semangat, ia sangat berharap suara orang yang tadi ia pikirkan terdengar sebagai penelpon di seberang sana.
Tapi senyumnya kembali luntur, karena suara yang ia dengar bukan orang yang ia inginkan. "Ayah." Panggilnya dengan suara lesu.
"Ada apa dengan suaramu nak, apa kamu sakit?" Tanya Hendra di seberang terdengar khawatir karena suara anaknya berubah yang tadinya semangat menjadi lemah dan lesu.
"Tidak ayah. Ara baik baik saja. Kenapa ayah menelpon malam seperti ini? Ada apa ayah?"
"Ah begini nak, besok ayah dan mama akan pergi ke luar kota untuk beberapa hari. Ayah ingin bertanya apa kamu mau ikut atau tidak?"
"Luar kota ayah?" Tanya Ara meyakinkan.
"Besok kamu libur sekolah kan, kalau kamu mau, besok ayah akan menjemput mu."
Ara menimbang sebentar, keluar kota. Itu ide bagus. Anggap saja ini sebuah liburan bagi Ara untuk sedikit melupakan semua hal buruk yang membuatnya khawatir beberapa hari terakhir. Tapi entah apa yang membuat Ara merasa berat untuk ikut. Seakan setengah hatinya bilang untuk menolak.
"Selama berapa hari yah?" Tanya Ara.
"Mungkin 4 sampai 5 hari." Jawab Hendra.
Lima hari. Waktu yang cukup untuk Ara menghibur dirinya sendiri. Tapi bagaimana jika dalam lima hari itu, Daniel datang ke sini sedangkan Ara sedang tak ada di rumah. Bagaimana jika Daniel dan Ara tidak punya waktu lain untuk bertemu selain di waktu lima hari tersebut karena Daniel punya urusan penting yang lain. Bukankah itu buruk.
"Tapi ayah, ujian sebentar lagi. Apa Ara bisa meninggalkan sekolah untuk beberapa hari. Sepertinya Ara tidak bisa ikut yah." Tutur Ara menjelaskan. Berharap alasan ini terdengar logis untuk menolak ajakan ayahnya. Tapi sejak kapan ia berani berbohong seperti ini pada ayahnya.
"Baiklah kalau begitu. Tidak apa apa. Reno juga memilih untuk tidak ikut, jadi dia besok akan ke sana untuk menjagamu. Tidak apa apa kan nak?"
Bang Reno ke sini? Bagaimana jika dia bertemu Daniel, apa yang akan terjadi? "Iya Yah, tidak apa apa. Lagipula Ara juga rindu abang. Abang di sini selama ayah pergi?"
"Iya. Ayah ingin kamu mengawasi Abang mu itu selama ayah dan mama pergi. Dia suka sekali keluyuran tidak jelas akhir akhir ini, bisa kan nak?"
"Tentu ayah."
"Terimakasih nak, kalau begitu ayah tutup ya sayang. Jangan lupa untuk makan malam dan tidurlah lebih cepat. Jaga dirimu nak. Ayah menyayangi mu."
"Hm, Ara juga menyayangi ayah. Selamat malam yah."
Setelah kalimat itu di ucapkan, panggilan terputus. Dan Ara kembali pada kegiatan sebelumnya, melamun dan memikirkan Daniel. Akan lebih baik jika dia muncul saat ini juga. Agar Ara tidak terlihat seperti bunga layu tanpa air di siang hari.
****
Daniel menendang pintu mansion dengan emosi dan membanting barang barang yang ia jumpai setibanya di ruang depan mansion. Ia begitu marah saat tempat yang sudah ia intai selama 5 hari berturut kosong dan orang yang ia cari tidak ada. Bahkan tempat itu bukanlah tempat yang pernah di injak oleh James Park. Orang yang ia buru.
Sebenarnya kemana dia?
Anggota kelompok yang merasakan kemarahan Daniel hanya diam menunduk menunggu arahan yang lainnya, sambil berdoa agar bosnya tidak melakukan hal buruk seperti melampiaskan kemarahannya pada mereka.
Di belakang Daniel, Farrel berdiri sama kesalnya dengan Daniel. James Park seperti sedang bermain main dengan keluarga Barack. Dia terus saja berseliweran ke sana kemari tapi tak pernah di temukan. Banyak orang yang memberi informasi tentang James Park tapi tidak pernah di temukan dimana dia berada sebenarnya. Apa yang sedang dia mainkan? Apa rencananya?
"James sialan!" Umpat Daniel. Wajahnya menegang dengan giginya yang gemeletuk keras menandakan amarahnya tidak main main.
Farrel bisa melihat sorot mata Daniel yang terlihat frustasi dan kecewa. Kesal dan marah jadi satu. Batas waktu itu semakin menipis. Dan James Park belum Daniel temukan.
Apa Farrel salah tentang Ara. Apa mungkin kali ini James Park tidak lagi mengejar gadis yang Daniel sukai untuk melemahkan dia? Tapi kenapa? Apa yang Farrel lewatkan. Apa rencana James Park kali ini sebenarnya?
Ayolah Farrel, otakmu itu lebih pintar dari ini, pikirkan sesuatu! Pikirkan tentang sesuatu yang lebih penting dan berharga daripada kekuasaan dan wanita. Tapi apa?
tbc....
Haii...
Part ini sebenarnya udah ada di draft dari beberapa hari lalu, tapi karna akhir akhir ini aku lagi feeling down, dan stres parah jadi aku undurin update nya. Aku masih perlu revisi kesalahan di beberapa bagian. Jadi maaf kalo aku telat up, inipun aku usahain up sebelum mood aku turun lagi.
Oh iya, sedikit info. Di part selanjutnya bakal banyak banget kejadian yang harusnya terjadi lebih dulu tapi aku taruh di belakang juga sebaliknya. Hm ngasih efek dramatis aja sih. Dan kalo kalian susah buat ngerti alurnya, nanti kalian bisa baca ulang beberapa part sebelumnya dan lanjutin lagi. Oke makasih, dan ayo jadi manusia kuat💪👍
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...