65

2.3K 285 22
                                    

"Apa rencana lo sama Ara selanjutnya?!" Tanya Daniel terlihat tidak sabaran pada Kai yang masih berusaha mengatur nafasnya.

"Ara yang bakal ngulur waktu sebelum manusia sialan itu pergi, sampai lo bisa dateng ke sana." Jawab Kai meskipun sedikit tersendat karena nafasnya yang berubah sesak.

Dada Daniel bergemuruh, karena tau kalau Ara di pergunakan oleh bajingan ini, dan membuatnya bisa dalam bahaya. Daniel ingin sekali menghajarnya karena rasa kesal yang membumbung, tingkah bodohnya dengan mengirimkan gadis lugu seperti Ara. Tapi Daniel masih butuh Kai karena hanya dia yang tau rencana setelahnya.

"Terus?" Tanya Daniel lagi, ia masih emosi tapi daripada bergelut dengan emosinya lebih baik ia melakukan hal lain agar Ara bisa cepat ditemukan.

"Pelacak itu bakal di pindahin sama Ara, ke tubuh Park dan gue bisa lacak kemana dia pergi." Oke kali ini ide bagus. Daniel akui rencana Kai ada bagusnya. Tapi tidak dengan melibatkan Ara di dalamnya. Tidak aman, bintang satu.

Mengerti dengan jalur rencana Kai, Daniel menoleh ke arah Farrel yang menyimak penjelasan Kai. "Siapin tim sekarang!" Perintahnya bak seorang pemimpin.

****

Lebih dari dua puluh orang lelaki berbadan bagus dan kuat berada di ruang tamu Kai yang tidak cukup luas, juga beberapa orang lainnya yang tidak bisa masuk ke dalam rumah berada di luar sana, berdiri tegap menunggu perintah dari pemimpin muda mereka. Sepuluh menit setelah panggilan darurat dari Farrel orang orang terlatih ini cepat datang kemari patuh.

"Farrel pimpin tim dua dan ikuti kemana perginya bajingan Park pergi." Ujar Daniel dengan penuh wibawa. Farrel lantas mengangguk patuh begitupun dengan orang orang yang ada di tim dua.

"Tim satu, ikut gue ke mansion target. Kita pesta di sana." Ujar Daniel sambil tersenyum pada orang orang yang menunduk padanya di sana.

Daniel yang selesai memberi perintah, membalikan tubuhnya menghadap pada Kai yang duduk sambil memegangi dada dan menatapnya sendu.

Tanpa aba aba, Daniel meninju wajah Kai tidak tanggung tanggung melampiaskan emosinya yang sejak tadi berusaha ia tahan. Tubuh Kai langsung jatuh terkapar dengan darah yang merembes keluar dari hidung dan mulutnya. Daniel mendekati Kai yang sudah setengah sadar itu, meraih baju dan menariknya hingga setengah berdiri.

"Gue nyesel, lo gak gue bunuh lebih cepat. Harusnya lo gak libatin Ara dalam masalah ini, kalo Ara sampe celaka, lo yang akan bayar akibatnya nanti." Ujar Daniel dengan giginya yang gemeletuk keras dan kedua mata kelamnya terlihat menakutkan. Sangat geram, bahkan jika dimatanya terdapat belati mungkin sudah menusuk tubuh Kai sampai ke belakang  kepala tanpa ampun saking tajamnya.

Daniel menghempaskan tubuh Kai kasar tidak peduli. Kemudian bangkit dari posisinya dan bergerak memimpin untuk keluar dari ruangan ini.

Di tempatnya, Reno merasa sedikit ngeri dengan lelaki yang baru saja menghajar seorang lelaki sampai dalam kondisi mengenaskan seperti itu. Sungguh, adiknya berurusan dengan lelaki mengerikan seperti dia?

Kai yang merasa nyeri sekujur tubuhnya berusaha merangkak dan mencoba meraih kaki Daniel. Tapi langkah Daniel lebar jadi ia terlambat, lelaki itu sudah hampir keluar dari rumah. Bibirnya bergumam tidak jelas karena lelehan darah keluar dari mulutnya.

"A-dek gu-e. Adek gue di sana, Da-niel gue mohon... adek gue." Gumamnya tersendat sendat.

Daniel yang mendengar itu, terhenti sebentar. Diam untuk berfikir tapi tak lama ia menoleh ke arah Farrel yang ada di dekatnya. "Urus dia."

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang