67

1.9K 213 4
                                    

Entah berapa lama Daniel memeluk Ara yang masih keras kepala tidak mau pergi dari sini dan membiarkan Daniel tetap tinggal. Gadis itu terus bergumam merayunya untuk tetap di dekatnya, ia mau tapi ada hal penting yang perlu ia lakukan saat ini. Hal yang mungkin bisa di tahan tapi Daniel tidak mau memberi waktu lagi bagi dia, yang sudah membuat gadisnya mengalami hal buruk seperti hari ini. Ia masih perlu menghukum bajingan yang sudah melibatkan gadisnya dalam urusannya.

Dari dalam mansion, Terra tergopoh-gopoh berlari ke luar mansion dengan gadis yang terluka berdarah darah dalam gendongannya. Mendengar suara langkah kaki yang cepat, Daniel menoleh tanpa melepaskan pelukannya dan mendapati Terra yang berlari keluar dengan seorang gadis.

Ara panik melihat Bian yang ada dalam dekapan Terra dalam kondisi yang tidak baik, karena dari pakaian yang Bian kenakan sudah penuh darah, bahkan pakaian Terra pun ikut terkena darah.

"Bian." Lirihnya memanggil gadis itu begitu Terra mulai mendekati mobil.

Daniel berdiri tegak dengan masih memegang tangan Ara, menenangkan gadis itu karena ia terlihat panik melihat temannya yang terluka. "Bian." Panggilnya lagi dengan mata yang mulai berkaca.

"Dia kehilangan banyak darah. Gue rasa dia perlu penanganan cepet." Ujar Terra begitu tiba di hadapan Daniel. Ara berusaha untuk menggapai Bian yang tidak sadarkan diri dalam gendongan Terra.

Daniel mengangguk. "Hubungi Rina, rawat dia di mansion." Ujarnya, Terra langsung mengangguk, dan bergerak untuk meletakkan gadis yang tidak sadarkan diri itu masuk mobil.

Daniel langsung menoleh pada Ara yang sibuk sekali menatapi Bian dalam pelukan Terra, sangat khawatir. "Kamu ikut Bian ya. Aku mohon jangan nolak Ra, aku gak mau kamu dalam bahaya lagi." Bisa Ara lihat mata Daniel memerah, sungguh Ara belum pernah melihat Daniel yang hampir menangis seperti ini.

Lantas gadis itu merasa tersentuh dan terbujuk karena hal itu. Ia mengangguk pelan sebagai jawaban.

Melihatnya, Daniel sontak tersenyum senang. Ia kembali memeluk Ara sebentar sebelum ia akhirnya mundur dan memberi jarak dari gadisnya itu. Meskipun sedikit tidak rela membiarkan Ara pergi tanpa dirinya tapi hal pertama yang harus di lakukan adalah mengamankan Ara. Itu yang paling penting.

Ia menutup pintu mobil perlahan tanpa memutus kontak mata dengan Ara di dalam mobil. Sesaat ia memandangi Ara dari balik kaca mobil nya yang hitam sebelum ia berbalik untuk memberi perintah.

"Terra bawa setengah tim, jaga mansion. Tetep siaga, jangan lengah. Dan hubungi pasukan tambahan kalo perlu." Ujarnya tegas dengan wajah yang sudah kembali mengeras saat mengucapkan kalimat perintah itu. Inilah Daniel yang sebenarnya sudah kembali.

Lelaki itu menghela nafas sekali, lalu maju mendekati Terra yang menunduk patuh. "Jaga Ara. Gue mohon."

Sisi ini, sisi yang paling Terra benci. Sisi lemah Daniel yang membuatnya sangat rapuh seperti ini. Daniel yang ia kenal bukan Daniel yang ada di depannya. Ia menatap netra hitam kelam Daniel yang seakan mengutarakan kalimat permohonan tanpa henti itu dengan miris. Ia harap apa yang terjadi sebelumnya pada Daniel dan kisah cintanya tidak terulang kali ini.

Terra mengangguk semangat meyakinkan Daniel kalau ia akan menjaga Ara seperti apa yang akan Daniel lakukan. Daniel tersenyum tipis lalu menepuk bahu Terra seakan berterima kasih.

Setelah nya, Terra mengambil langkah untuk bergegas masuk mobil dan pergi dari sana di ikuti oleh beberapa orang di belakangnya. Mereka menempati posisi masing masing dan segera berangkat kembali ke mansion untuk melakukan tugas yang diberikan Daniel sebelumnya.

Beberapa saat tatapan Daniel mengiringi kepergian rombongan itu pergi. Tapi tak berapa lama mata kelamnya berubah tajam mengingat satu bajingan yang sudah menunggu untuk di eksekusi. Rahangnya kembali mengeras bahkan tatapannya sudah menakutkan saat ini. Emosi di hatinya sudah mencapai puncak dan ingin sekali meledak. Bermain main dengan nyawa orang seperti nya akan mengobatinya.

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang