Bel sekolah sudah berbunyi, siswa dan siswi berhamburan ke sana kemari untuk melakukan aktivitas masing-masing sepulang sekolah. Seorang siswi yang sudah lesu kusut, berjalan gontai keluar area sekolah. Hari ini begitu berat dan buruk, pagi hari ia dihukum karena telat. Kemudian dimarahi karena terlambat ikut kelas dan parahnya adalah ia lupa tentang tugas kelompoknya yang tidak ia bawa. Ia jadi bulan bulanan teman satu kelompoknya karena ia begitu ceroboh. Ini adalah hasil tidak baik dari begadang terlalu sering.
Saat di pinggir jalan, ia berhenti bersiap untuk menyebrangi jalan. Tapi sebuah motor melintang yang membuatnya kaget dan heran. Siapa?
"Naik." Ujar si pengemudi motor tanpa membuka kaca helm. Ara, gadis tadi menautkan alis merasa asing dengan suara tersebut. Akhirnya ia memilih untuk diam saja.
Si pengemudi menghela nafas pelan, kemudian membuka sedikit kaca helmnya dan tampaklah sepasang mata yang kelam. Ara hafal mata itu. Mata yang sering menatapnya dengan menyebalkan.
"Ngapain kamu disini?" Tanya Ara pada pengemudi itu.
"Naik cepetan!" Perintahnya. Nada bicaranya benar benar menjengkelkan.
"Aku mau kerja Daniel, ngapain ikut kamu."
"Naik aja bawel."
"Tapi aku..."
Orang itu memutar matanya jengah. "Gue udah izin ke tempat kerja lo. Jadi tinggal ikut dan gak usah banyak ngomong." Finalnya. Kemudian menyodorkan sebuah helm berwarna putih ke arah Ara yang sudah menatapnya kesal. Dia selalu tidak mau di bantah.
Dengan lambat lambat Ara mengenakan helm itu guna melindungi kepalanya lalu berjalan untuk menaiki sepeda motor merah milik Daniel.
"Pegangan." Ujar Daniel setelah Ara duduk di belakangnya. Ara langsung menggenggam sedikit bagian jaket Daniel, karena merasa canggung. Ara jarang sekali naik motor kecuali jika di ajak bang Reno tentu saja.
Mengetahui hal yang Ara lakukan, Daniel berdecak kesal. Ia ingat dengan betul dengan sikap Ara saat di jemput oleh kakak tirinya kemarin kemarin. Dia sangat akrab bahkan Ara langsung memeluknya begitu naik. Ah kenapa Daniel jadi kesal.
Ia menyalakan mesin motornya dan bergegas meninggalkan tempat itu.
Di tempatnya, Ara terus saja bertanya pada dirinya sendiri alasan yang membuat Daniel tiba tiba menjemputnya seperti sekarang. Bahkan dia juga sudah meminta izin untuknya di tempat kerja. Ara yakin besok pasti ia akan dapat banyak pertanyaan karena bolos kerja.
Keberanian nya cukup cetek untuk bertanya langsung, ditambah tatapan Daniel tadi kurang bersahabat. Rasanya terlalu segan untuk sekedar menanyakan sesuatu. Akhirnya Ara hanya menyimpan pertanyaan itu didalam kepalanya dan menunggu kemana motor merah Daniel akan membawanya.
Tak berapa lama motor besar itu memasuki kawasan taman kota yang mulai ramai. Ara merasa terheran karena jujur, aneh jika Daniel membawanya ke tempat seperti ini. Pertanyaan nya sekarang adalah untuk apa Daniel membawanya ke taman.
Akhirnya motor itu terparkir di tempat yang di sediakan. Ara segera turun dan melepas helmnya. Mengamati terus Daniel terhadap aktivitas nya melepas helm. Setelahnya Ara menatap takut takut pada Daniel di depannya.
"Daniel... Ngapain kita kesini?"
"Ikut aja." Jawab Daniel lalu meraih tangan kecil Ara dan menggenggam nya. Berjalan mendahului gadis itu dan menuntunnya.
Selagi berjalan, Ara terus menatap tidak percaya pada tangannya yang berada di genggaman Daniel. Mendadak jantungnya berdebar aneh. Ia melirik pada Daniel yang berjalan di sampingnya dengan tatapan lurus.
Kenapa Daniel menjadi sangat tampan di bawah sinar matahari seperti ini. Bahkan rambut hitamnya yang berantakan begitu cocok dengan pakaiannya yang juga tidak terlalu rapi. Wajahnya menjadi semakin bersinar jika diperhatikan. Serius, dia lelaki yang meminta untuk menjadi kekasih Ara. Ara merasa menjadi gadis beruntung saat ini.
"Ngeliatin apa lo?" Tanya Daniel membuyarkan lamunan Ara. Dia berhenti dan menatap aneh pada Ara yang bahkan tidak melihat jalan.
"Ha?" Tanya Ara kaget. Dia ternyata terlalu fokus pada pikirannya memikirkan Daniel sampai ia tidak sadar bahwa Daniel berhenti dan menarik sedikit tangannya agar ikut berhenti.
"Lo ngeliatin apa bengong mulu." Ara buru buru menggeleng. Tidak mungkin ia jujur dengan mengatakan kalau tadi dia mengagumi wajah Daniel diam diam. Bisa bisa dia malu sendiri. Tapi memang sekarang pun Ara sudah malu ketahuan bengong.
"Ayo." Ujar Daniel. Dan lagi ia menarik sedikit tangan Ara di genggamnya untuk mengikuti nya. Ara mengikutinya saja karena ia juga penasaran kemana Daniel membawanya.
Keduanya sudah sampai. Kata Daniel sih. Tapi di mata Ara, yang ia lihat hanya sebuah danau buatan di taman itu saja. Kenapa Daniel membawanya kemari?
"Kenapa... Kamu bikin aku bolos kerja, cuma buat ngajak aku ke sini?" Ara menatap tidak percaya pada Daniel. Lihat betapa anehnya Daniel ini. Ara sampai ingin sekali melempar sepatunya ke arah Daniel.
"Kenapa? Lo berharap gue ajak lo kemana. Ke motel? Gue sih oke."
Daniel bergerak seakan beranjak dari tempat itu. Buru buru Ara menarik tangannya menunjukan penolakan.
"Enggak enggak. Gak usah salah paham. Jangan ngada ngada." Ara menggeleng kuat, mengingat ucapan Daniel. Lelaki ini suka tidak bisa di tebak memang.
"Kirain lo mau. Gak papa, mungkin lain kali aja." Ujarnya jenaka. Ara bergedig mendengarnya. Lain kali.
"Tidak, terima kasih. Aku lebih suka disini." Matanya langsung menyapu pemandangan danau di depannya. Banyak pohon dan bunga bunga.
"Disini apa nya? Lo lebih suka nganu di semak semak?" Daniel bertingkah sok terkejut. Bahkan sampai menutup mulutnya dengan di buat buat. Ara langsung menautkan alis tidak mengerti.
"Kamu ngomongin apa sih?"
"Dah lah, anak di bawah umur mana tau." Ujar Daniel yang langsung membuat Ara mendengus. "Cari tempat duduk aja yuk gue pegel berdiri mulu... sama kurcaci kayak lo."
Lantas membuat Ara memukul lengan Daniel dengan tangan kanannya yang bebas, karena tangan kirinya yang masih berada di genggaman Daniel. Daniel terkekeh karenanya. Ditambah lagi melihat ekspresi kesal dari Ara yang ketara.
Ara tidak terlalu pendek sebenarnya. Hanya saja setiap kali Daniel melirik padanya, dia terlihat sangat pendek di matanya. Benar benar menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...