Ara menoleh saat merasakan seseorang memakaikan sesuatu di pundaknya. Farrel sedang berdiri dengan kedua tangannya yang ada di saku celana dan menatap lurus, tapi kemudian ia menunduk dan beradu tatap dengan Ara. Lelaki itu tersenyum tipis. "Di luar dingin." Ujarnya sebelum akhirnya ikut duduk di teras mansion di samping Ara.
Ara merapatkan jaket yang di berikan Farrel semakin membungkus tubuhnya dari cuaca dingin udara malam. Matanya memandang lurus pada gerbang mansion yang tertutup rapat dan tidak ada tanda tanda kedatangan seseorang dari luar sana. Ia menghela nafas seolah lelah jika menunggu lebih lama lagi.
"Nunggu Daniel?"
Gadis itu sontak menoleh lalu mengangguk meskipun Farrel tak ikut menoleh padanya. Ia sebenarnya mempertanyakan, kenapa Farrel bisa ada di sini sedangkan Daniel tak kunjung kembali. Apakah ada hal buruk terjadi padanya? Atau ada hal lain yang menahan Daniel tetap di sana? Apa mungkin Daniel tidak mau bertemu dengannya lagi?
"Lo tau?" Ara sontak menoleh saat tiba tiba Farrel bicara setelah keheningan beberapa saat diantara mereka.
"Lo tuh cewek paling bodoh yang pernah gue kenal." Ujar Farrel tiba tiba. Kedua sudut bibir lelaki itu terangkat sedikit dengan matanya yang tetap menatap lurus.
Ara tidak menjawab, karena jujur ia bingung harus menjawab apa. Apa memang benar Ara adalah cewek bodoh, seingatnya Daniel juga sering memanggilnya begitu dahulu. Apa memang begitu? Tapi apa alasannya?
"Entah, gue harus manggil lo cewek bodoh atau cewek nekat. Tapi apa yang lo lakuin tadi siang, bener bener di luar dugaan." Ara masih setia menatap penuh pertanyaan pada Farrel yang sedang bercerita.
Tak berapa lama, Farrel menoleh dan Ara baru sadar bahwa warna mata Farrel tak kalah indah dari milik Daniel kala ia beradu tatap dengan nya. "Harus gue akui keberanian lo.." Lalu ia mengangkat jari jempolnya tinggi tinggi pada Ara, yang tersenyum geli dengan tingkah Farrel yang ternyata jauh dari image awalnya.
Senyum Ara melebar merasa bangga dengan dirinya sendiri karena pujian dari Farrel. "Tapi, apapun alasannya tolong jangan pernah lakuin hal itu lagi."
Ara tertegun kala mendengar nada bicara Farrel yang berubah dingin, ditambah tatapan datar darinya membuat Ara ciut. Ia menunduk lesu.
"Jangan pernah bertaruh apapun buat Daniel. Apapun, apalagi perihal keselamatan lo." Jemari Ara saling memilin di atas pangkuannya bingung. Farrel yang melihat reaksi itu merasa iba sebenarnya, tapi ia perlu memperingati Ara. Gadis ini tidak boleh masuk lebih jauh di hidup Daniel jika ingin tetap hidup aman.
"Pikirin keluarga lo, kalo sampe lo celaka." Farrel menghela nafas lebih dulu sebelum kembali bicara. "Jangan pernah berniat hidup demi Daniel, bahkan sampai lo nekat bertaruh nyawa buat dia." Lo pantes buat dapet yang lebih baik.
"Ta-tapi aku.."
"Jangan berpikir, karena lo pacar Daniel lo harus ikut campur dalam urusan dia. Lo gak perlu ngelakuin apapun, selain jaga diri lo sendiri."
Gadis itu semakin menunduk setelah mendengar kalimat kalimat dari Farrel yang seolah menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi.
Padahal Farrel hanya tidak ingin apa yang terjadi di masa lalu terulang, karena sungguh Farrel tidak lagi bisa menyaksikan hancurnya dua orang yang saling berkorban ini. Tidak lagi. Jangan sampai ada kematian lagi. "Gue paham lo sayang sama Daniel, tapi hidup lo lebih penting dari itu."
Menyadari kalau gadis yang ia ajak bicara tampak murung, Farrel menyentuh bahu Ara lalu tersenyum. "Gue cuma gak mau lo ngalamin hal buruk, lagi. Jadi hiduplah buat diri lo sendiri. Soal Daniel, lo harus yakin kalo dia pasti bisa nyelesain masalahnya sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...