Farrel mendesah kecewa melihat seharian ini Daniel berada di mansion melakukan kegiatan tidak berguna seperti menyapu, mengepel bahkan mencuci piring. Hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Padahal tanpa dia lakukan sendiri pun ada yang akan melakukan tugas rumah tangga itu, dan Daniel entah kesurupan apa malah melakukan hal yang ia sendiri baru belajar entah dari mana.
Karena tidak mau membiarkan Daniel sendiri yang masih belum baik kondisinya, terpaksa Farrel dan para anggota yang berada di mansion ikut membantu Daniel. Dan akhirnya hari ini di isi dengan bersih bersih mansion. Para lelaki berotot itu berubah menjadi lelaki rajin yang membersihkan tempat mereka tinggal. Ada yang sedang menjemur seprai, kasur, bantal dan guling di luar sana. Ada juga yang sedang mencuci baju dengan tangannya yang besar dan berotot. Ada yang sedang mencabuti rumput di halaman dan menyiram tanaman hias di taman, juga beberapa sedang mengepel lantai di dalam mansion yang luas.
Sedangkan Farrel ikut membantu Daniel yang sedang memasak di dapur. Sejak tadi ia hanya berdiri dan melakukan segala yang di perintahkan Daniel, seperti mencuci sayuran dan beberapa bahan masakan juga memotongi nya, meski matanya terkadang sibuk melirik heran pada semua yang Daniel lakukan. Semua makanan yang sudah di buat Daniel tertata rapi di meja makan yang panjang. Entah apa yang terjadi dengan Daniel tapi dia bersikap aneh yang membuat Farrel terheran.
Daniel meletakkan sebuah mangkok besar yang berisi sop ayam yang sudah ia buat di atas meja makan. Melirik Farrel yang sedang membawa beberapa piring dan sendok. "Panggil yang lain kita makan siang dulu."
Meskipun menatap heran pada Daniel, tapi Farrel menurut dan memanggil semua anggota kelompok yang ada di mansion untuk masuk dan ikut makan siang. Sejak tadi Farrel ingin sekali bertanya pada Daniel tapi sepertinya lelaki itu terus menghindari membicarakan apapun dengan Farrel. Tidak apa, yang penting Daniel baik baik saja.
****
Farrel menghampiri Daniel yang sedang duduk memperhatikan beberapa anggota muda yang sedang berlatih bela diri di ruangan khusus. Farrel bisa lihat dia sama sekali tidak fokus dalam mengawasi para anggota itu, tatapannya kosong. Farrel menghela nafas, Daniel selalu keras kepala. Ia tau Daniel tidak menemui Ara waktu itu, dan lelaki itu kembali dengan wajah yang lebih lesu daripada saat ia berangkat. Mungkin dia sempat ragu untuk menemui Ara saat di jalan, dan akhirnya dia kembali tanpa menemui Ara.
Farrel memberi isyarat pada anggota yang sedang berlatih itu untuk menyelesaikan latihan dan pergi dari ruangan ini. Setelah memberi hormat pada Farrel dan Daniel yang melamun, mereka bergegas keluar dari ruangan meninggalkan dua saudara itu.
"Sampai kapan lo mau disini?"
Daniel memerjap mendengar suara di dekatnya. "Ha? Sampai selesai latihan."
"Mereka udah pergi. Lo gak mau pergi?"
Daniel baru menyadari kalau ruangan itu sudah kosong, hanya ada dia dan Farrel saja yang tersisa. "Oh." Jawab Daniel sekenanya. Ia kembali menatap lurus, tapi tidak pergi.
Farrel ikut duduk di samping Daniel dan mengikuti kemana Daniel menatap. "Kenapa? Lo ragu buat nemuin Ara? Lo takut?"
"Gue gak mau Ara kenapa napa."
"Lo janji buat buktiin ke gue, kalo lo bisa Niel. Tapi lo nyerah sebelum bertindak." Farrel menoleh, melanjutkan ucapannya. "Pengecut." Sindirnya.
Daniel menatap tajam ke arah Farrel, ia tak terima dibilang pengecut. Tapi Farrel yang acuh, membuat Daniel sadar. Farrel benar, Daniel hanya seorang pengecut.
Rasa kecewa langsung menguar dalam hatinya. Daniel menunduk merasa malu dengan dirinya sendiri.
"Lo cinta sama Ara?" Tanya Farrel tiba tiba.
"Gue gak tau." Jawab Daniel yang masih tertunduk. Sesungguhnya ia bingung dengan perasaannya sendiri. Daniel tertarik pada Ara sejak pertama kali Daniel melihat dia di taman menghentikan laju sepeda seorang anak. Dan Daniel semakin tertarik padanya saat melihat dia giat belajar meskipun sedang bekerja. Bagaimana tulusnya Ara menolong seorang nenek tua yang sendirian membawa belanjaan nya yang berat. Ditambah saat pertemuan keduanya di malam itu, Ara menolong mengobati luka Daniel padahal mungkin Ara tidak mengenalnya.
Gadis itu memenuhi kepalanya tanpa mau pergi. Daniel tertarik dengan sifat Ara yang baik dan bagaimana sikapnya yang lembut. Tapi untuk cinta? Apa Daniel memang mencintainya? Apa dia punya perasaan seperti itu untuk Ara? Entahlah Daniel tidak tau.
"Niel. Lo harus tau, perasaan apa yang lo punya buat Ara. Kalo lo emang cinta sama dia, lo harus pertahanin dia. Karna gue juga tau, Ara punya perasaan itu buat lo." Daniel ingat dengan kalimat yang Ara ucapkan sebelum Daniel pergi. Love you. Gadis itu mengutarakan perasaannya pada Daniel. Tapi Daniel?
"Tapi.. kalo lo gak cinta sama dia, lepasin dia Niel. Lo gak berhak nahan dia tetep sama lo padahal lo gak punya perasaan apapun sama dia."
"Tapi gue butuh dia."
Tatapan sayu Daniel membuat Farrel terenyuh. Farrel bisa lihat, tatapan Daniel berubah saat menyebutkan kalimat itu. Seakan memang Daniel sangat rapuh tanpa gadis itu.
"Kalo lo butuh dia, tanya hati lo. Lo cinta gak sama dia. Percuma Niel, kalo lo butuh dan nahan dia tapi lo sama sekali gak ada perasaan. Lo cuma nyakitin dia."
Baik Farrel maupun Daniel hanya terdiam, sibuk dengan pikiran masing masing.
Apa Daniel mencintai Ara? Atas dasar apa? Kenapa? Dan bagaimana bisa?
Tiba tiba Farrel menyentuh bahu Daniel dan menepuknya pelan. "Temui dia." Ujarnya sambil menatap Daniel.
"Cari tau perasaan lo sama dia. Jangan jadi pengecut Niel."
"Tapi gue.."
"Yuna udah pergi Niel. Dia pasti pengen lo dapet orang yang tepat buat nemenin lo, lebih dari dia. Yuna pasti ikut bahagia kalo lo bahagia. Yuna juga pengen lo dapet pengganti dia."
Dengan perasaan campur aduk, Daniel memilih menunduk menyembunyikan matanya yang memerah menahan tangis. Yuna. Apa gadis itu akan bahagia jika Daniel bersama Ara. Gadis lain. Apa Yuna tidak akan marah padanya?
"Gue tau, Ara mirip sama Yuna. Iyakan?" Farrel menatap Daniel dan menuntut jawaban darinya yang masih menghindari tatapan nya.
"Jawab gue! Lo macarin Ara karna emang dia Ara, atau karna lo liat Yuna di senyum Ara?"
Daniel tidak menjawab. Ia masih berperang dengan pikiran dan hatinya sendiri. Apa benar Daniel tertarik pada Ara karena dia mirip Yuna. Kekasihnya dulu yang sudah meninggal. Apa Daniel punya perasaan lebih pada Ara yang mengingatkan Daniel pada Yuna? Apa mungkin Daniel menyukai Ara karena dia Ara dan bukan karena ia mirip dengan Yuna?
Farrel membiarkan Daniel berfikir. Ia rasa Daniel tidak berhak mempermainkan hati seorang gadis hanya karena dilema di hatinya. Rasa rindu Daniel pada Yuna.
Farrel tidak akan membiarkan Daniel menyakiti hati seorang gadis hanya karena masalah hatinya yang belum selesai.
tbc....
Haaiii...
Ada yang kangen aku gak? Hehe.Gimana hari kalian? 🌤️ or ⛈️
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...