Daniel sedang bermanja manja di kasur Ara, dengan ponsel di tangannya. Sibuk sekali. Setengah jam yang lalu mereka menyelesaikan tour dadakannya sampai malam. Karena udara malam cukup dingin dan Ara tidak memaki jaket, akhirnya Daniel memilih membawa Ara pulang pukul 7 malam. Jika terlalu malam, mungkin gadis itu bisa masuk angin nantinya.
Sedangkan Ara yang sedang melipat baju di sisi lain kamarnya, sesekali sibuk dengan ponsel di sisi kanannya. Sedang berkirim pesan singkat dengan kawannya, Riska. Riska itu gadis yang ceria, mudah bergaul dan memiliki kesan yang manis. Siapapun pasti ingin berteman dengannya. Tapi dengan baik hati dia memilih berteman dengan Ara yang cukup tertutup.
Suara dering dari ponsel Daniel begitu keras terdengar, sampai mengejutkan Ara. Dengan helaan nafas kasar Daniel menerima panggilan itu.
"Kenapa?" Tanya Daniel setelah mendekatkan ponselnya ke telinga.
Ara tidak bisa mendengar si penelpon sedang bicara apa tapi ia bisa lihat kalau Daniel begitu tidak menyukainya. Bahkan wajahnya begitu kesal dan tak henti hentinya berkata dengan sarkas ke arah orang di seberang sana. Ara jadi penasaran.
"Ga usah kepo. Ada pokoknya."
"Ish awas ya kalo cepu sama papa."
Lagi. Daniel mengumpat di sana. Bahkan Ara mendadak jadi sangat penasaran, dengan siapa Daniel bicara. Tampak akrab dan terdengar begitu dekat.
Ara berdecak kesal pada dirinya sendiri. Kenapa ia jadi orang penasaran dengan hidup orang lain. Biarkan saja Daniel bicara dengan orang itu. Lagi pun siapa Ara untuk Daniel.
Pacarnya.
Sekilas jawaban itu muncul di otaknya. Karena kesal dan bingung, Ara memilih keluar dari kamar untuk melakukan sesuatu. Seperti membuat susu coklat hangat. Mungkin bisa membantu Ara menghangatkan tubuh juga menormalkan lagi perasaan nya yang mulai panas. Entah kenapa.
Masih tentang Daniel yang sibuk mengumpat dan berkata kasar dengan ponselnya. Meskipun wajahnya kesal tapi kemudian Daniel mengarahkan ponselnya menjauh dari telinga, dan memposisikan ponsel itu di depan wajahnya. Melakukan panggilan video dengan orang itu.
"Udah kan? Gue tutup nih." Wajahnya sangat tidak ikhlas melihat 2 wajah menjengkelkan di seberang sana.
"Jangan dulu sat. Aelah. Di mana lo?" Tanya orang itu.
"Udah gue bilang jangan kepo."
"Lo gak nganu kan?"
"Maksud lo?"
"Maksud gue, lo gak berbuat aneh aneh kan? Lo gak berbuat sesuatu tanpa sepengetahuan gue kan?"
"Anjir malah kaya istri ditinggal pergi suaminya."
"Diem lo babi."
"Serius Niel lo lagi di mana? Lo lagi di rumah? Tapi itu bukan kamar lo deh."
"Tau deh. Cari tau sendiri."
Dua manusia di sebrang ribut berdebat tentang posisi Daniel sekarang. Tak lama suara Ara terdengar.
"Daniel, mau susu hangat gak?"
Daniel melirik ke arah pintu. Ara di sana dengan menyembulkan kepalanya saja. Terlihat lucu.
"Mau."
Setelah satu kata itu, kepala Ara hilang dari sana. Membuat Daniel tersenyum tipis karenanya. Dan langsung mendapat seruan heboh dari ponselnya. Kedua manusia sedang melempar banyak pertanyaan tentang suara barusan.
"Sumpah tadi suara siapa? Nawarin susu anjir."
"Susu yang mana bangke. Ambigu banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
DANIEL
FanfictionBerniat keluar rumah untuk membeli mi instan di minimarket, Ara malah menemukan seorang lelaki terbaring di halaman rumahnya dengan wajah babak belur dan bajunya yang penuh darah. Meski awalnya ragu untuk menolong tapi Ara akhirnya membawa lelaki ya...