21

17K 1.6K 23
                                    

"Jalan yuk." Ajak Daniel. Membuat Ara menoleh pada Daniel yang berdiri di dekatnya sedang mencuci piring.

"Jalan? Coba mundur berapa langkah dari sini." Dengan polosnya Daniel malah menurut, Ara langsung terkikik melihatnya. "Itu abis jalan."

Daniel yang sadar di kerjai, menatap Ara dengan kesal. "Ngerjain gue lo ya." Ara malah tertawa saja. Tidak peduli dengan Daniel yang tampak kesal.

"Siap siap sana, gue yang lanjut cuci piring."

"Gak usah biar aku selesai in dulu nyucinya, sedikit lagi kok. Kamu duduk aja."

"Lama gak lo siap siap nya?"

"Engga. Duduk aja yang anteng di sana. Oke."

Meskipun dengan tatapan tidak percaya, Daniel berjalan ke sofa yang biasa ia duduki, dan memainkan ponselnya.

Setelah cuciannya selesai, Ara langsung bergegas mandi dan siap siap. Jujur Ara bersemangat. Padahal jika dipikir ia terus bergerak seharian tapi ia bisa se-bersemangat ini. Luar biasa.

Tidak butuh lama Ara sudah siap. Ia hanya memakai sweater oversize berwarna cream dengan midi rok coklat. Rambutnya ia ikat kuda, karena ia pergi di siang bolong pasti akan gerah nantinya.

"Udah?" Tanya Daniel saat melihat Ara keluar dari kamarnya dengan tampilan yang lebih segar.

Ara mengangguk saja. "Ayo." Ajak Daniel.

Keduanya pergi keluar rumah, tak lupa Ara mengunci pintu rumahnya dan menyusul Daniel yang sudah duduk di motor besar berwarna merahnya. Ia menyodorkan helm yang sama dengan hari itu, lalu Ara mengenakannya begitu saja. Ia naik.

"Pegangan."

"Mau kemana Daniel?" Tanya Ara saat motor itu sudah bergerak menjauh dari rumahnya.

"Ikut aja." Jawab Daniel singkat.

"Bukan diem di taman lagi kan?"

Daniel terkekeh. "Bukan."

Lalu Ara tenang. Setidaknya Daniel tidak akan mengajaknya duduk di depan danau berjam jam seperti yang kemarin. Atau ia akan benar benar pergi dan memilih tidur saja di rumah.

Motor besar itu berjalan lumayan pelan di jalanan yang ramai dan panas. Tak berapa lama, motor merah Daniel menepi di sebuah toserba yang sangat besar.

Setelah memarkir motor, ia melepaskan helmnya yang justru membuat rambutnya berantakan. Tapi itu terlihat bagus untuknya. Sampai Ara hampir memujinya dengan gamblang. Sebisa mungkin ia bersikap biasa.

"Yuk masuk."

Berjalan bersampingan, keduanya masuk ke tempat besar yang ramai pembeli itu. "Kamu mau ngapain ke sini?"

"Pertanyaan lo selalu sama ya."

"Iya gitu?" Tanya Ara dengan serius. Daniel mengangguk membenarkan tapi tidak melirik sama sekali pada Ara ia tetap menatap lurus.

"Mau beli apa disini Daniel? Penting ya?"

"Beli peliharaan."

"Emang ada?"

"Gak ada lah bego."

"Terus?"

Daniel berhenti membuat Ara juga ikut berhenti. Mendongak ke arah Daniel yang tinggi.

"Bawel banget ya lo. Tinggal ikut, gak usah banyak nanya. Paham?"

Ara mengangguk, meski belum mendapat jawaban yang membuat nya puas. Ia ikut saja lah.

Ternyata Daniel langsung mengambil troli dan menyuruh Ara mendorongnya. Berjalan menyusuri lorong dan meneliti setiap rak kemudian mengambil barang yang dia inginkan. Banyak sekali. Bahkan setiap rak ada saja barang yang ia ambil. Entah itu makanan ringan, kebutuhan mandi, dan yang lainnya.

Ara sampai berkedip miris melihat banyaknya barang yang di beli Daniel. Berapa banyak harganya itu. Dan lagi pertanyaan di kepalanya, bagaimana cara membawanya pulang. Motor Daniel tidak sebesar itu untuk menampung semuanya.

Terserah Daniel sajalah. Nanti jika dia protes lagi dia pasti kena omel lelaki itu. Menurut itu lebih baik di mana mana.

Setelah berkeliling, Daniel dan Ara menuju kasir. Ara meringis melihat jumlah angka di sana. Banyak banget. Dengan entengnya Daniel menyerahkan kartu dan kemudian bicara sesuatu dengan kasir nya. Dia bukan sedang melempar rayuan kan?

Lalu ia menarik Ara untuk keluar dari sana tanpa membawa apapun.

"Belanjaan nya gak di bawa?"

"Gak usah."

Ara cengo mendengar nya. Gak usah katanya. Ara menatap aneh ke arah Daniel yang santai sekali wajahnya berjalan menjauh dari tempat itu menuju parkiran. Miris sekali, uang sebanyak itu ia hamburkan secara cuma cuma seperti itu. Sedangkan Ara harus bekerja keras untuk makan dan sekolah.

"Ada tempat yang mau lo kunjungi gak?"

"Engga tau."

Mendengar itu Daniel langsung memakai helmnya dan memakai kan helm untuk Ara. Membuat Ara semakin tidak bisa menata hatinya. Tadi ia kaget karena Daniel berfoya foya, dan sekarang ia terheran dengan perlakuan Daniel.

"Naik."

****

Dengan naik motor merah Daniel, mereka berkeliling kota untuk sekedar menikmati makanan jalanan sesuai keinginan Daniel. Lelaki itu akan berhenti saat melihat jajanan unik di pinggiran kota. Tidak terhitung berapa banyak makanan yang masuk ke perut nya. Ara sendiri sudah merasa perutnya hampir meledak, tapi Daniel masih saja mencari makanan. Astaga.

Ia akhirnya protes soal perutnya yang kelewat kenyang. Daniel pun mengalah dan memilih untuk mengajak Ara ke taman. Daniel menyewa sebuah sepeda, untuknya dan Ara. Mereka berkeliling taman berdua dengan tawa khasnya.

Saat hampir malam, Daniel kembali mengajak Ara untuk makan untuk mengisi perut setelah bermain main di taman. Ara menurut.

Kegiatan keduanya berlanjut sampai malam. Daniel membawa Ara berkeliling kota dengan suasana malam yang cantik karena lampu jalan dan kelap kelip dari kendaraan yang melintas. Hanya berjalan jalan menggunakan motor tanpa mampir di manapun.

Selama perjalanan baik Daniel maupun Ara keduanya sangat menikmati setiap momen yang di lewati. Bahkan tidak sedikit pun khawatir tentang sesuatu yang lain. Senyum tak lepas dari wajah keduanya.

Tanpa mereka sadari, masing masing dari lubuk hati tumbuh sesuatu yang akan semakin besar. Memperumit segala yang akan terjadi. Kedepannya mereka akan dipertemukan dengan keadaan yang memaksa keduanya untuk memilih, pergi dan kehilangan atau melindungi dan menghilang.

DANIELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang